Minggu, 26 November 2023

MUSPERIN: Destinasi Wisata Edukasi Sejarah, Perkebunan, dan Arsitektur

Museum Perkebunan Indonesia (Musperin) sebenarnya asing - tak asing bagiku. Tahun lalu, aku dan Nua - saat itu ia belum genap 3 tahun - pernah mengunjungi Musperin-1 yang terletak di Jl, Brigjen Katamso Medan. Nua belum dapat mengerti tentang sejarah perkebunan yang dikenalkan di sana, tapi dia cukup senang bisa melihat dan berfoto dengan display alat transportasi yang terdapat di taman Musperin-1.

Jalan Jalan Blogger Medan BlogM ke Musperin-2

Sedangkan Musperin-2, baru November tahun ini aku tahu dan kunjungi bersama teman teman komunitas BlogM Blogger Medan. Warga Medan pasti sering melewati gedung yang dibangun pada 1918 ini, terutama saat akan memasuki kawasan Kesawan. Namun, mungkin tidak sedikit yang belum tahu, kalau bangunan yang dulunya adalah gedung BKS-PPS ini adalah sebuah museum yang punya daya tarik tersendiri.


Membahas museum yang digagas dan didirikan oleh seorang tokoh perkebunan Indonesia, bapak Soedjai K., tentu akan 'bercerita' bagaimana perkebunan Indonesia dari masa ke masa dan hal hal yang terkait. Tapi kali ini, aku ingin menuliskan daya tarik lainnya yang sebelumnya tak kusangka akan ditemui di Musperin-2.

Tiket kapal layar yang mengangkut wisatawan dan pekerja kebun

LOKASI STRATEGIS
Musperin-2 berlokasi dI Jl. Pemuda, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Lokasi ini cukup strategis karena memang dekat dengan pusat kota dan destinasi lainnya seperti Tjong A Fie Mansion, Post Block (0 km Kota Medan), stasiun KA, dan banyak lagi.

Pemandangan dari balkon Musperin-2

Dengan berjalan kaki saja, beberapa destinasi cagar budaya dapat kita kunjungi. Sekali mendayung, dua, tiga, pulai terlampaui. Kita tidak hanya bisa berwisata, tapi juga belajar sejarah dan perkebunan di Indonesia, khususnya Sumatera. 


KAFE AVROS

Di lantai dasar museum, tepat saat kita baru membuka pintu gedung. Kita akan bertemu kafe dengan suasana yang tenang, teduh, dan klasik seperti tempo dulu. Menyajikan makanan dan minuman yang beragam dengan harga yang masih masuk akal.


BANGUNAN EMPAT LANTAI

Ada empat lantai yang akan kita jejaki saat berkunjung ke Musperin-2. Di lantai pertama, selain mendapatkan informasi tentang komoditas perkebunan misalnya tembakau deli dan kelapa sawit, kita juga akan mendapatkan info bagaimana perkebunan dahulu kala berjalan.



Gedung ini dirancang oleh G.H Mulder, arsitek yang sama dengan yang merancang gedung London Sumatera. Gedung yang pada tahun ini berusia 106 tahun, dulu dikenal sebagai gedung AVROS yang merupakan Asosiasi Umum Perkebunan Karet di Pantai Timur Sumatera.



Di lantai selanjutnya, kita dapat melihat pemandangan kota Medan dari balkon. Sedangkan di lantai teratas, kita dapat menemukan ruang penyimpanan barang - barang dan lonceng yang digerakkan secara mekanis.

MENARA JAM USIA RATUSAN TAHUN



Jam berupa lonceng yang terdapat di lantai teratas, bekerja secara mekanis tanpa baterai atau listrik, sebagaimana lonceng tersebut dibuat di awal. Lonceng tersebut digunakan untuk menandakan jam bekerja, istirahat, dan pulang para pekerja.



Dahulu kala, sebelum adanya gedung gedung tinggi dan lalu lintas kendaraan seperti saat ini, dentangan lonceng dapat terdengar hingga radius 30km. Lonceng ini akan berdentang tiap pergantian jam, misalnya saat pukul 6, lonceng ini akan berdentang sebanyak 6 kali. Ketepatan saat kami sampai ke lantai atas, 20 menit lagi lonceng akan berbunyi. Sehingga kami dapat menunggu sembari mendengar guide menjelaskan.

PARKIRAN MEMADAI

Untuk parkiran mobil, kamu dapat parkir di tepi jalan pemuda. Sedangkan parkiran motor tersedia di teras Musperin-2.

JAM LAYANAN 

Musperin-2 buka dari hari Selasa sampai Minggu, mulai pukul 9 pagi hingga 5 sore.

HARGA TIKET


Harga tiket untuk pengunjung lokal adalah Rp 25.000/orang sedangkan turis asing Rp 35.000/orang. Pembayaran dapat secara tunai dan QRIS.

SOUVENIR


Harga tiket tersebut sudah termasuk souvenir berupa lilin aroma terapi dan Teh Butong. Teh Butong ini pernah aku jumpai pula sebagai komplimen di kamar hotel Grand Mercure.

Local Pride

MEDIA SOSIAL DAN NARAHUBUNG MUSPERIN

Instagaram: @musperin
Narahubung,
Icha : 0853 6196 8255
Cindy: 0811 6515 181
Share:

Jumat, 27 Oktober 2023

Silent Treatment Lebih Tidak Aku Sukai Dibanding St*lla Jeruk

"Kenapa dulu saat marah sama Ririn, ibu selalu diam, bahkan bisa sampai berhari hari? Tapi kok sama abang dan adek, enggak gitu?"

Sore itu selepas hujan, aku dan ibu mengobrol di beranda rumah sambil menikmati ubi goreng yang masih hangat. Sejak bapak berpulang dan aku duduk di bangku kuliah, kami mulai lebih saling terbuka. Mungkin, anak perempuan satu satunya ini sudah tampak dewasa dan bisa diajak 'bicara'.

Berapa tahun belakangan, aku baru tahu bahwa perlakuan mendiamkan itu dikenal dengan silent treatment. Perilaku ini berupa pengabaian dengan tujuan untuk menghindari konflik, menghukum, atau 'mengendalikan' orang tersebut.
Silent treatment dicirikan lewat berbagai bentuk seperti tidak melakukan kontak  mata, tidak mengacuhkan, menghindari semua kontak, dan tidak menanggapi pertanyaan atau komentar yang ditujukan (Williams dkk., 1998).

When Silent Treatment Hits Me

Adonan aja didiamkan ada waktunya, masa' manusia enggak?
Sumber gambar: Kumparan. 

Berkisar masa SMP hingga SMA, tiap kali mengalaminya, aku bahkan enggak pernah yakin salah apa dan harus bagaimana. Pun kalau itu terjadi, acapkali aku sampai enggak berani keluar kamar, hingga lebih memilih menahan lapar. Lalu tiba tiba saja badai mereda, layaknya tak pernah terjadi apa apa. Padahal kejadian itu belum aku pahami, emosi itu belum mampu aku regulasi.

Mungkin masa itu, ibu sering kelelahan. Delapan puluh kilometer, ia lalui untuk bekerja setiap hari - kecuali hari libur. Sepulangnya, ia masih harus mengurus suami yang sudah lama sakit dan empat orang anak yang masih bersekolah. Mungkin itu, yang membuat ibu kekurangan waktu untuk mencerna emosi. Namun sekarang, setelah tubian proses, kami bisa lebih saling menghargai dan berkomunikasi lebih baik, alhamdulillah. 

Harus Berhenti di Aku



Sedikit pengetahuan tentang psikologi atau pengasuhan, tidak menjadikanku lebih baik dan layak menghakimi ia yang sangat berjasa dan kuhormati. Bukan itu maksudku menuliskan ini. Aku pun sempat menjadi pelaku dan bilang ke diri sendiri,
"Please, harus berhenti di sini. Cukup hutan yang lestari, jangan perilaku ini."

Aku hanya ingin sharing ternyata efeknya silent treatment yang tidak berchandyaaa dan ...

ternyata diam tak selamanya emas, terkadang ia bara yang menjadikan luka, menganga. 
 


Berbeda dengan Diam Meregulasi Emosi

Diam tidak selalu berarti silent treatment. Adakalanya diam karena butuh waktu menyadari dan menerima apa yang kita rasakan, lalu menentukan langkah merespon perasaan tersebut. Ini mengingatkanku dengan podcast seorang psikiater, dr. Jiemi Ardian, yang pernah kuikuti di sebuah aplikasi,

Kekeliruan mengenali emosi dapat berdampak pada kekeliruan merespon emosi itu sendiri.

Sedangkan pada silent treatment, kita tidak tahu di mana ujung diam dan pengabaian itu. Gelap. "Seperti mati lampu." Kata King Nazar.

Mengapa Seseorang Melakukannya?

"Kamu anak perempuan, nanti kalau ibu marah marah, kamu sakit hati. Anak perempuan biasanya lebih sensitif." Ibu menjelaskan.  
But it hurts me ...

 

Ketika grogi mengungkapkan rasa sayangku secara lisan, kutulis satu cerpen untuk ibu.


Ada beberapa sebab seseorang melakukan perilaku ini di antaranya:

1. Menghindari konflik.

2. Tidak dapat mengomunikasikan perasaan.

3. Memanipulasi, menghukum, atau melukai.

Menurutku, dulu ibu melakukannya padaku untuk menghindari konflik tanpa menyadari bahwa itu sangat membingungkan dan membuatku sedih, juga kelaparan

Efek dari Silent Treatment

Perlakuan mendiamkan ini dapat membuat seseorang memiliki persepsi buruk terhadap dirinya, 'mahir' overthinking, dan merasa tidak disayangi atau berharga. Dalam penelitian yang dilakukan Putri & Ariana (2022) menunjukkan bahwa apabila silent treatment meningkat maka kecemasan juga akan meningkat.

 Menghadapi Perilaku Silent Treatment

Kalau yang melakukan bukan orang terdekat atau tidak bertemu sehari hari, rasanya bisa saja bersikap bodo amat.  Tapi kalau keluarga dalam satu atap? Agaknya kita perlu mencari solusi. Ada beberapa hal yang bisa dijalani untuk memperbaiki kondisi ini, di antaranya: 

  1. Memberi waktu untuk mengelola emosi dan tidak memaksa untuk bicara di saat itu juga.
  2. Membuat aturan. Contohnya, sekiranya kesalahpahaman, ketersinggungan, atau kemarahan terjadi maka perlu melakukan apa? Misal, harus saling terbuka atau membahasnya sebelum tidur agar tidak membiarkannya berlarut larut.
  3. Tidak membuat prasangka sendiri.
  4. Menyadari bahwa kita tidak bisa mengendalikan semua hal, tapi bisa mengendalikan diri sendiri. Seperti berusaha untuk tidak membalas silent treatment dengan hal yang sama.
  5. Mencoba memahami akar masalah. 

Perilaku ini termasuk perilaku kekerasan secara emosional maka jika membutuhkan bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater, jangan ragu untuk itu. Apakah kamu pernah mengalami hal serupa? Atau mungkin ada perilaku lain yang tidak kamu suka?



Referensi:

Williams, K. D., Shore, W. J., & Grahe, J. E. (1998). The Silent Treatment: Perceptions of Its Behaviors and Associated Feelings. 1(2), 117–141.https://doi.org/10.1177/1368430298012002

Putri, C.N. & Ariana, A.d.(2022).Kecemasan Diri Dewasa Awal yang Menjalani Hubungan Romantis saat Mendapat Perilaku Silent Treatment. Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental. 2(1), 163-171.http://e-journal.unair.ac.id/index.php/BRPKM

Share:

Selasa, 24 Oktober 2023

[Review] Sibigo Cottage: Menikmati Danau Toba dari Sisi Samosir

 "Pak, kapan bapak cuti?" Nua menggamit lengan bapaknya yang tengah menonton anime  Spy X Family. Pertanyaan anak perempuan berusia empat tahun itu, sebenarnya adalah kalimat yang sering aku lontarkan. Aku dan Nua suka kali liburan. Sedangkan bapaknya, kalau libur suka di rumah. Alhamdulillah, beliau memahami kebutuhan psikis kami; 2 versus 1 gitu loh.

Seperti Agustus lalu, kami bertiga berlibur ke Pulau Samosir dan menginap di Sibigo Cottage yang berada di tepian Danau Toba. Ini kali pertama aku menikmati danau yang terbentuk akibat erupsi gunung supervulcan dari sisi Samosir dengan bermalam.

Sibigo Cottage, Samosir


Kali ini, aku mau mengulas pengalaman menginap di Sibigo Cottage. Tentang ragam fasilitas dan aktivitas yang ditawarkan, room rate, juga beberapa hal yang mungkin membantu jika kawan kawan tertarik menginap di sana.


Namun sebelumnya, aku ingin berbagi tips yang biasa kami lakukan agar perjalanan dengan anak berjalan nyaman:

  1. Riset destinasi dan perjalanan ke lokasi serta atur tujuan dan jadwal agar anak tidak terlalu lelah. Terkadang ada banyak destinasi yang berada dalam satu wilayah dan rasanya semua ingin dikunjungi. Namun hendaknya kebutuhan anak perlu dijadikan prioritas karena si kecil akan jadi yang paling rentan kelelahan atau sakit. 
  2. Sounding dan ajak anak berdiskusi tentang destinasi, aktivitas, dan aturan selama liburan.
  3. Membawa cemilan atau makanan kesukaan. Biasanya saat liburan, makan jadi tidak teratur, maka perlu siapkan cemilan atau membawa bekal, tak ketinggalan membawa buah untuk melengkapi kebutuhan serat - agar tidak sembelit.
  4. Membawa mainan dan buku favoritnya.
  5. Memilih pakaian yang nyaman.
  6. Cukupi kebutuhan air putih.
  7. Membawa medical kit seperti hand sanitizer, tisu basah, obat merah, plester, dan minyak telon.
  8. Sadar adakalanya perlu menurunkan ego, karena tak semuanya mungkin dapat berjalan seideal rencana. 
  9. Berdoa.
Banyak, ya? Biasanya orangtua udah capek duluan sebelum pergi karena banyak persiapan tapi kita tetap butuh dan mau liburan ya kan?

Berjemur setelah berenang di danau

Lokasi Sibigo Cottage

Sibigo Cottage berlokasi di Jl. Lingkar Tuktuk Siadong, kec. Simanindo, Samosir, Tuktuk Siadong, Danau Toba, Indonesia.

Cara sampai ke Sibigo Cottage

Jalur 1: Lewat Pelabuhan Ajibata, Parapat.

Cara tercepat dari Medan ke penginapan yang sudah beroperasi selama 30 tahun ini yaitu melalui jalur Medan - Siantar - Parapat, lalu ke Samosir. Kalau dari Parapat, perlu menyeberang dengan kapal fery yakni KMP Tao Toba. Tepatnya dari pelabuhan Ajibata ke Pelabuhan Tomok. Sesampai di Pelabuhan Tomok, perlu sekitar 10 menit lagi dengan mengendarai mobil agar sampai ke Sibigo Cottage.


Untuk ongkos kapal, jika mengangkut mobil yang tipe minibus, perlu merogoh kocek sekitar Rp 175.000 per mobil. Sedangkan tiket perorangan, seingatku dikenakan sekitar Rp 10.000 per orang.

Jalur 2: Lewat Pelabuhan Tigaraja, Langsung Ke Sibigo Cottage

Ada kapal milik Sibigo Cottage, yang pulang pergi tiap jam dari Pelabuhan Tigaraja langsung ke penginapan, dan sebaliknya. Ini kapal penumpang ya, tidak bisa membawa kendaraan. Kami baru tahu dari pengunjung lainnya di Sibigo, ia menitipkan mobil di kawasan pelabuhan Tigaraja. Aku enggak tahu pasti apakah itu titip di pelabuhan atau ada warga setempat yang menawarkan jasa tersebut. Lumayan meghemat juga untuk menekan cost pengangkutan mobil dengan kapal.

Jalur 3:  Medan - Kabanjahe - Simarjarunjung - Pelabuhan Tigaras - Pelabuhan Ajibata. 

Ini adalah jalur saat kami pergi. Lihat di Gmaps sih sekitar 6 jam ya, tapi perjalanan kami kala itu memakan waktu sekitar 8 jam. Tiket pengangkutan mobil dikenakan tarif sekitar Rp 150.000 per mobil.

Bukti pembayaran pelabuhan


Sedangkan saat pulang, kami lewat Parapat, karena ingin mengunjungi mertua di Siantar.

Pengingat: Jangan lupa mengecek jadwal kapal!

Jalur 4: Jalur Terjauh / Perjalanan Darat

Jalur ini melalui Kabanjahe - Dairi -  Panggururan - Samosir. Aku sebut perjalanan darat karena tidak perlu menyeberang dengan kapal. Kita dapat melewati jembatan Tano Ponngol. Lokasi jembatan ini  tidak jauh dari lokasi wisata Sibea Bea, dan perlu sekitar 2 sampai 3 jam ke Bukit Holbung.

Pengingat: Lewat jalur 4 ini lebih cocok ketika liburannya panjang. Kalau liburannya singkat, apalagi bawa anak, ga recommended ya, aku rasa akan sangat melelahkan.

Room Rate

Menu sarapan seperti nasi goreng

Penginapan di Sibigo Cottage dibandrol mulai 195rb rupiah per malam . Beda harga, beda fasilitas. Malam itu kami menginap di kamar tipe Suite di lantai dua, yang dikenakan biaya 420.000 per malam.

Fasilitas Kamar

Terdapat lemari, meja, TV, handuk, jemuran kecil, air mineral, sandal indoor, aminities berupa sampo sekaligus sabun - prefer bawa dari rumah aja karena rasanya kurang mantap.


Jendela Geser (Sliding Window)

Jendela kamar tipe suite berupa sliding window. Jendela kaca seperti ini membuat kamar terasa makin lega, apalagi disuguhkan hamparan Danau Toba. Meski terdapat beranda, sayangnya pagar beranda cukup pendek - mungki sekitar lima jari di atas lututku. Jadi, benar benar perlu mengawasi Nua agar tidak ke beranda sendirian, apalagi bagi yang punya toddler, agak berisiko, ya. 

Pembatas beranda


Aktivitas / Wahana di Sibigo Cottage

Ada beragam aktivitas yang ditawarkan mulai dari bermain banana boat, mencoba speed boad, hingga mengayuh kano. Permainan di atas dikenakan tarif mulai dari 50rb, sebaiknya ditanyakan langsung kepada staf di sana, karena bisa jadi harga dapat berubah. Dan tentu saja berenang di danau, ada kok pinggiran danau yang bisa dijadikan tempat bermain anak di sana - dengan tetap diawasi orangtua.


Di sekitar penginapan terdapat penyewaan sepeda motor dengan tarif  Rp100.000 per hari, sedangkan sepeda disewa dengan tarif mulai Rp 20.000. Kita dapat meminta bantuan staf di Sibigo untuk menunjukkan tempat penyewaan. 

Fasilitas Lainnya

Di akhir pekan atau hari libur, tamu Sibigo Cottage akan cukup ramai tapi kita enggak akan merasa sumpek, karena tempat ini memiliki halaman dan parkiran yang luas, bersih, juga tertata.

Tampak dari belakang kamar kami


Adanya banyak bangku, membuat kita bisa bersantai kapan saja sembari menikmati bentangan alam sambil bermuhasabah mengingat dosa dosa.

Resto dan lokasi Rumah Makan Muslim

Di Sibigo juga terdapat resto. Tapi aku enggak tau banyak, karena kami saat itu membawa ransum dari Medan berupa beras, rendang, sambal kering, teri kacang goreng, plus rice cooker kecil.


Pengingat: Membawa bekal seperti ini sangat membantu untuk makan tepat waktu bahkan saat di perjalanan. Untuk jaga jaga pula sekiranya kita sulit menemukan makanan yang cocok.

Tidak jauh dari Sibigo, dengan berjalan kaki, kita pun dapat menemukan "Rumah Makan Islam Murni".

Yang Perlu Diantisipasi

Tidak ada telepon kamar: Sebaiknya saat check in mintalah nomor WA resepsionis.

Tidak ada hair dryerEnggak sah kalau enggak berenang di Danau Toba? Kalau begitu, kita perlu hairdryer, terutama untuk perempuan berhijab dan anak kecil. Alhamdulillah memang aku terbiasa bawa hair dryer mini saat berpergian jika bermalam.

Tidak tersedia ceret listrik: Kita bisa meminta air panas saat ke resto di Sibigo atau saat makan di rumah makan muslim, sehingga untuk stok air panas kalau tidak membawa ceret listrik maka sebaiknya bawa lah tumbler tahan panas.

Flush toilet yang tricky: Flush toilet di kamar tempat kami menginap kudu diakal akali biar berfungsi, tapi untungnya ada bidet spray toilet juga.

Tidak ada payung di kamar:  Bawa payung dari rumah, dan lagi bisa jadi kita perlu perlengkapan ini bukan hanya di penginapan.

Tidak ada AC? Siapa sih yang butuh AC di daerah yang berudara segar dan minim polusi?

Bagaimana Pelayanan di Sibigo Cottage?

Ramah, senang tersenyum, dan melayani dengan tutur lembut.

Tampak depan kamar suite, lantai 2


Belum Ada di Online Travel Agent

Saat itu, pemesanan hanya bisa dilakukan lewat nomor kontak Sibigo yang dapat kita temukan pada bio instagram @sibigo_cottage.

Balik lagi ke sana?

Mungkin, tapi aku juga pingin cobai penginapan dengan experience yang berbeda. Punya rekomendasi?

Share:

Minggu, 22 Oktober 2023

Berwisata Sejarah bareng Anak ke Tjong A Fie Mansion dan Museum Negeri

Sejarah mendidik kita supaya bersikap bijaksana. (Kong Fu Tse - filsuf)

"Kak, kakak tau apa itu sejarah?" Aku sering ngobrol hal random dengan Nua - putri kecil kami yang kini menginjak empat tahun. Biasanya itu terjadi setiap kesempatan, paling sering saat makan bersama atau mau tidur.


"Ha? Enggak tau kakak." Itu responnya. 

"Sejarah itu, sesuatu yang terjadi di masa lalu, zaman dahulu. Contohnya, kaya' yang kita baca di buku kakak, tentang Rasulallah yang hijrah dari Mekkah ke Madinah. Atau Sultan Ma'mun Al-Rasyid yang membangun Istana Maimun..."

"Istana Maimun yang di seberang perpustakaan kan, Ibu?" Aku membenarkan.

Salah satu tempat aku dan Nua 'kelayapan' adalah di Perpustakaan Provinsi Sumatera Utara yang terletak di Jl Brigjen Katamso Medan. Suatu ketika sepulang dari sana, kami sempat mengunjungi Istana Maimun.

Tiket masuk ke dalam istana dikenakan Rp 10.000 untuk dewasa, dan Rp. 5.000 untuk anak anak. Jika kita mau ke makam meriam puntung yang ada di sisi istana dan mendengar legendanya, dikenakan tarif Rp 5.000 per orang. Dan gratis, kalau hanya berjalan jalan di halaman istana.

Nilai Nilai dalam Sejarah dan Cara Mengenalkan ke Anak

Aku bukan orang yang banyak tahu atau menguasai sejarah, tapi rasanya ada banyak hal yang dapat dipelajari dari sana. Misal, tentang nilai luhur, budaya, semangat juang, sampai mengenai keindahan atau keunikan arsitektur bangunan bersejarah.

Bangunan Bersejarah: Kantor Pos Medan, Titik 0 Km Medan.


Saat di bangku sekolah, pelajaran sejarah tidak selalu menyenangkan bagiku. Bisa jadi karena dibawakan tidak sesuai dengan langgam belajarku. Ada beberapa cara yang bisa dicoba untuk mengenalkan atau menarik minat anak tentang sejarah di antaranya:

  1. Mengenalkan sejarah lewat story telling, seperti mendongeng atau menggunakan hand puppet.
  2. Membacakan buku cerita sejarah dengan cara yang menarik. Misal, memilih buku yang bergambar menarik dan dibacakan dengan intonasi juga mimik yang mendukung. Jangan datar datar aja, gitu.
  3. Lewat tontonan yang cocok untuk anak. Btw, di Museum Negeri Pemprovsu, pengunjung bisa tau tentang sejarah Sisingamangaraja XII lewat video yang disajikan di museum tersebut. Gambarnya menarik loh.
  4. Melakukan wisata sejarah seperti mengunjungi bangunan bersejarah atau menyimpan nilai sejarah. Untuk Medan, ada Istana Maimun dan Masjid Raya, Museum Negeri, dan Tjong A Fie Mansion, dan banyak lagi.


Pun tetap mengajak anak untuk diskusi dengan bahasa yang paling sederhana dan dimengerti. Anak mungkin enggak ingat tahun terjadi - aku pun susah, detil sejarah, atau atau nama nama tokoh. Tapi yang penting dia senang dulu dan disampaikan nilai budi pekertinya. 

Ada dua tempat wisata sejarah di Medan yang baru baru ini aku dan Nua kunjungi yakni Museum Negeri Sumatera Utara dan Tjong A Fie Mansion.

Museum Negeri Sumatera Utara

Museum Negeri Sumatera Utara merupakan museum terbesar di Medan. Lokasinya berada di Jl. HM. Joni. Museum yang terdiri dari dua lantai ini, menampilkan ragam kerajinan tangan, seni, dan miniatur bangunan suku suku di provinsi ini. Serta, peninggalan budaya bangsa mulai dari zaman prasejarah hingga masa perjuangan kemerdekaan.  Tak ketinggalan, mengenalkan para pahlawan pula. Terdapat juga beberapa koleksi dari negera lain seperti Thailand.



Harga tiket museum ini sangat terjangkau. Tiket untuk dewasa dikenakan Rp 3.000/orang, anak anak Rp 1.500/orang, sedangkan wisatawan mancanegara Rp 10.000/orang. Jadi, selain mengajak anak, cukup recommended juga untuk mengajak teman atau saudara kemari, terutama yang berasal dari luar Medan.

Museum yang didirikan pada 1954 ini, dikelola oleh pemerintah provinsi Sumatera Utara. Waktu bukanya mulai jam 8 pagi sampai jam 4 sore pada Selasa sampai sampai Kamis, dan tutup 30 menit lebih awal pada Jumat hingga Minggu, sedangkan hari Senin tutup. 

Tjong A Fie Mansion



Rumah salah satu tokoh bersejarah kota Medan - Tjong A Fie Mansion, cukup populer pada dekade belakangan ini.Sayangnya, dulu sebelum era internet semaju sekarang, aku malah tau rumah ini dari salah satu acara TV yang memuat unsur mistis - dan akhirnya acara tersebut digugat oleh keturunan Tjong A Fie. Dua pekan lalu, aku mengunjung cagar budaya ini sekaligus menemani bulek dan sepupuku dari Jepang yang memang sangat ingin kemarii. Tentu, aku mengajak Nua sekalian.

Siapakah Tjong A Fie?

Warga Medan tentu tak asing dengan nama beliau. Secara singkat, beliau dikenal sebagai pengusaha kaya raya, kapitan, dan bankir, yang banyak berkontribusi dalam pembangunan kota Medan. Beliau merupakan keturunan etnis Tionghoa dan perantauan dari Tiongkok. Meski begitu, tokoh yang lahir pada 1860 ini dapat berkarib dengan semua etnis di Medan, termasuk berteman dengan Sultan Deli.



Sebelum mengunjungi rumah yang kini dijadikan museum, aku sudah tahu kalau Tjong A Fie sangat kaya, tapi setelah mengunjunginya aku berdecak, "What? Sekaya ini?" Karena bukan hanya di Indonesia, beliau juga memiliki kontribusi dan investasi di luar nusantara - pada zaman tersebut!

Tjong A Fie wafat pada 1921. Setahun sebelum wafat, beliau sempat meninggalkan lima testamen untuk keturunannya. Testamen adalah pernyataan dari orang yang masih hidup yang harus dilaksanakan pada waktu ia meninggal. Bisa dibilang semacam wasiat lah ya. Salah satunya berisi meminta keturunnya untuk,
Memberikan sedekah kepada orang miskin tanpa memilih golongan bangsa serta memberi sedekah kepada yang sakit dan bagi yang tidak mampu menghidupi diri sendiri.

Tjong A Fie Mansion di Kawasan Kesawan Medan

Sejak tahun 2009, bangunan yang dihadiahkan Tjong A Fie untuk istri ketiganya - Lim Koei Yap, dibuka untuk umum. Harga tiketnya Rp 35.000/orang, buka setiap hari kecuali saat perayaan Imlek, mulai jam 9 pagi sampai 5 sore.

Selain sebagai museum, ada bagian rumah ini yang masih digunakan oleh keturunan beliau sebagai tempat tinggal. Kami pun tak menyangka akan berpapasan dengan Ibu Mimi Tjong - cucu Tjong A Fie dari anak ke-empat Tjong A Fie dan Lim Koei Yap, lalu mengobrol, berfoto bersama, dan akhirya bulekku dan Ibu Mimi saling bertukar WA.



Ada sekitar 30 ruangan yang dapat dikunjungi, dengan dipandu dan diberi penjelasan oleh pemandu. Tidak semua ruangan dapat kita ambil gambar dan video, karena dilarang.

Selain halaman yang mumpuni, rumah ini juga memiliki banyak jendela dan taman terbuka di dalam rumah, sehingga sirkulasi udaranya sangat baik. Kalau punya rumah begini, bisa bosan gak ya di rumah? Enak beud sih semelir anginnya.



Arsitektur bangunan ini bukan hanya menampilkan unsur Tionghoa tapi juga Melayu dan Eropa. Bahkan di lantai dua ada semacam hall untuk berdansa, biasanya bersama tamu tamu Eropa Tjong A Fie.

Bangunan yang pada 2023 ini berusia 123 tahun berlokasi di kawasan Kesawan, tepatnya di Jalan Ahmad Yani Medan. Kita bukan hanya dapat melihat bangunan dan mendengar sejarahnya saja selama di sana, tapi juga mengamati furnitur, benda benda antik, juga barang barang yang beliau dan keuarganya pernah gunakan seperti  koper dan vacum cleaner. Pada zaman listrik masih sulit, beliau sudah punya vacum cleaner!


Nua dan Rumah Tjong A Fie

Pada awalnya Nua sangat excited, kami - ibu dan bapaknya yang deg degan. Bukan apa apa, anak seumurannya masih suka lari lari dan memanjat. Kayak mana coba kalau tiba tiba ada yang  "Ketumpraaaang!" dibuatnya? Bukan cuma barang mahal tapi bernilai sejarah! Karena banyak keramik kan ya, jadi dia lebih banyak dituntun dan digendong. 


Dan saat itu, balita ini datang bersama kami - empat orang dewasa. Tentu pemandu menjelaskan tiap ruangan dan sejarah dengan kalimat orang dewasa, jadi Nua merasa bosan. Tapi enggak apa apa, wajar untuk usianya, orangtuanya bisa menceritakan kembali di rumah. Syukurnya, di akhir ruangan ada show case minuman dingin yang bisa dibeli.


Kalau dari teman - teman, ada rekomendasi cara, buku,  atau tempat wisata sejarah yang menarik dikunjungi bersama keluarga?

Share:

Selasa, 30 Mei 2023

Kafe Nyaman di Medan, Temani Ibu Produktif

Belakangan ini, sempat wara wiri di instagramku, konten yang mengatakan ibu rumah tangga rentan mengalami stres. Stres sendiri tak melulu buruk, misalnya ketika emosi ini justru mengarahkan menemukan tujuan hingga bersemangat menggapai tujuan itu. Adapula sebaliknya, menjadikan murung, mengurangi produktivitas dan kualitas waktu bagi diri sendiri dan keluarga. Selain karena menghadapi stereotype dan banyaknya tuntutan, faktor lain penyebab ibu rumah tangga rentan stres seperti yang diungkapkan Rosalina & Hapsari (2014) yakni kegiatan sehari-hari yang terkadang monoton hingga tak jarang menimbulkan titik jenuh bagi ibu rumah tangga.

Aku sendiri pun begitu. Di awal menjadi ibu, aku kerap membandingkan keadaanku dulu; ‘masa muda’ yang penuh gairah dan tantangan. Namun sekarang, aku berusaha belajar menerima, menghargai, dan hidup dengan sadar serta fokus dengan kehidupan hari ini. Tetap menantang kan jadi ibu ibu? Huahaha.

Untuk para ibu yang punya privilege, seperti pasangan yang supportive, yang mendukung hobi, memberikan waktu ibu untuk mengembangkan potensi dengan belajar hal baru, berjumpa teman berbagi gagasan, manfaatkanlah Bu.

Agar tak melulu monoton dengan kegiatan di rumah, aku biasanya pergi ke kafe berdiskusi dengan teman cara mengasah kemampuan menghasilkan uang, menulis blog, atau membaca jurnal. Tapi enggak semua kafe ternyata mendukung kita untuk produktif. Entah karena terlalu bising dan gersang, tidak ada pengisi daya dan mushola, atau ya sajiannya mengacaukan jiwa padahal merobek kantong.

Biar enggak merasa rugi, karena tak memungkinkan pergi dan bertemu setiap waktu, aku dan temanku beberapa kali bertemu di Kopikuni, seperti baru baru ini. Kafe ini terletak di Jalan Rejeki No. 3, Medan Petisah.

Mungkin banyak anak muda, mahasiswa, atau bahkan pekerja kantoran kita temui tengah mengerjakan tugas atau bekerja di sana. Tapi enggak apa apa kok, ibu ibu yang mau belajar dan memacu produktivitas enggak dilarang masuk.

Pertama kali aku berkenalan dengan kafe ini karena ada acara komunitas. Waktu itu, aku membawa Nua yang belum genap tiga tahun. Umumnya toddler, ia suka eksplorasi, jalan ke sana kemari, jadi tetap aku awasi. Di kafe ini tidak ada playground untuk anak, tapi ada kolam ikan dan ayunan bangku yang bisa dinikmati. Alih alih merasa terganggu, senyum dan sapa ramah para staf padaku dan Nua, membuatku merasa diterima. Makanya, aku balik lagi kemari, tapi sendiri ajalah, enggak bawa Nua, namanya sesekali ganti suasana.

Di sini aku akan mengulas kafe yang menjadi ruang produktif bagi banyak orang, Kopikuni. 

Minuman

Meski namanya Kopikuni, tapi minumannya di sini enggak melulu kopi, kok. Kemarin aku mencoba Kopikuni Bottle Cold Brew (with strawberry flavour). Menggunakan biji kopi Flores seat itu, diseduh dengan air bersuhu normal lalu didiamkan selama 12 jam. Proses tersebut menghasilkan rasa kopi lembut dengan after tasted samar samar asam juga manis yang bergantian, pun begitu dengan rasa strawberry tipis memperkaya rasa dan aroma Cold Brew yang kupesan. 

Untukku yang bukan pecinta kopi, sebagaimana orang orang terdekatku, Cold Brew ini sangat ramah dan dapat aku nikmati. Lebih mantap lagi diseduh pada bongkahan es batu. Karena kemarin siang Medan lagi panas panasnya atau sempat aku angguri karena fokus ke depan laptop, es batuku sempat habis mencair padahal kopinya masih tiga perempat botol, aku minta tambah es lagi. Dikasih, enggak dikenakan biaya, padahal waktu itu kalau dikenakan juga engga apa apa.

Selain itu, mesin espresso manual profesional yang gahar menjadi andalan untuk variasi minuman espresso milk based.

By the way, botol cold brew boleh dibawa pulang, ya.

Makanan

Kemarin aku pesan Kebab Blackpepper. Tadinya aku pesan ini sebagai cemilan, sebab sebelum ke Kopikuni aku sudah sempat makan siang. Ternyata ukurannya jumbo, ya. Cukup mengenyangkan.

Potongannya ayamnya berupa potongan kasar gitu dan rada manis. Sampai saat menulis ini aku masih mikir itu rasa manis ayamnya dari mana? Dikasih madu? Lalu dibalut dengan kulit kebab bersama tumisan potongan cabai, bawang bombay, paprika, dan lettuce yang renyah.

Ditambah lagi salad dengan dressing yang asam manis menyegarkan. Saos blackpepper-nya juga pedasnya pas, enggak galak. Tak lupa bubuhan saos berbentuk hati gitu.

Oh ya, Nua suka kebab, tapi untuk dia yang umur tiga setengah tahun dan sensitif dengan rasa pedas, aku rasa kebab ini enggak cocok sih walaupun saos blackpepper-nya dipisah. Jadi bisa pilih kebab varian lain, seperti kebab beef original.


Tempat yang Nyaman Memacu Produktivitas

Ruangan AC dan non AC, juga taman hijau

Di Kopikuni, tersedia ruangan indoor dan outdoor.  Meski kita ngadem di dalam, kita masih dapat menikmati hijaunya tumbuhan di luar karena jendela jendela kaca yang besar.

Kolam ikan dan air mengalir

Bosan melihat temanmu, eh melihat laptop, kita bisa beralih sejenak melihat ikan ikan yang melenggak lenggok di kolam. Ditambah memandang aliran air yang menenangkan.

CCTV dan staf yang cukup

Laptopku adalah laptop yang di fase harus dicolok ke sumber daya listrik baru bisa hidup, jadi ada saatnya aku mengandalkan kamera CCTV dan meminta pertolongan staf untuk mengawasi sejenak ketika aku kudu ke toilet di saat temanku sedang solat. Tapi sebaiknya, kita bertanggung jawab atas barang berharga kita, ya.

Sumber daya listrik di setiap meja

Jadi enggak perlu menunggu daya laptop atau ponsel teman penuh, jika perlu mengisi baterai juga. Ini kayaknya memang didesain satu pengunjung satu stop kontak deh, banyak.

Toilet bersih

Bagaimana mau produktif ya, kalau sambil bekerja menahan buang air karena risih ke toilet? Tapi di Kopikuni aman, toiletnya bersih.

Mushola dengan tempat solat dan wudhu pria dan perempuan terpisah

Musholanya ini di dalam ruangan, memiliki tempat solat dan wudu yang terpisah untuk muslim dan muslimah, dihijabi dengan tirai blackout sehingga tidak transparan, wudhu dan solat jadi lebih nyaman.

Parkiran dan satpam yang ramah.

Di Kopikuni tersedia parkiran yang mumpuni untuk motor dan mobil. Satpamnya juga ramah dan berdedikasi, bukan hanya mengamankan kendaraan dari maling, tapi juga mengamankan pengunjung dari angsa yang datang entah dari mana.

Semua perasaan itu penting dan memang ada di kehidupan ini. Sedih, khawatir, kecewa, senang, dan lainnya. Dan ketika kita happy, insyaAllah bukan hanya kita yang happy, tapi juga keluarga. Waktu juga akan dijalani dengan lebih berkualitas dan dapat produktif. Menurut KBBI, produktif itu kemampuan menghasilkan sesuatu, namun KBBI enggak ada bilang produktif itu harus melulu menghasilkan materi atau uang (cuma kalo saldo banyak dan halal, ya bagus). Yang penting bermanfaat dan semoga Allah ridha.

 

Referensi

Rosalina, A.B. & Hapsari, I.I. (2014). Gambaran Coping Stress pada Ibu Rumah Tangga yang Tidak Bekerja. Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, 3(1), 18 – 23. https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jppp/article/download/361/308/

Share: