Sop Durian Kuliner Khas Medan


Tepat satu gang di sebelah rumahku, terbentang sebuah ladang memanjang. Serupa hutan di tengah pemukiman. Ada dua pohon yang paling menjulang, pohon-pohon itu, pohon durian. Bahkan aku bisa melihatnya dari jendela kamar, menjadi selingan sesaat ketika mulai jengah dengan lamunan.

Entah sejak kapan pohon-pohon durian itu ada di sana. Seingatku sejak aku masih anak-anak, ‘mereka’ telah gagah menjadi penghuni ladang Nande Taki – si pemilik ladang. Seringkali ada tupai yang melompat dari satu dahan ke dahan lainnya. Malahan dulu - saat kawasan ini masih terlalu sunyi – pohon durian itu sempat menjadi latar tempat cerita mistis.

Kelihatan pohon duriannya? 
Nande Taki, seorang renta yang baik hati, sekarang beliau sudah meninggal dunia. Terkenang saat anak-anak bermain ke ladangnya, lalu menemukan durian yang telah jatuh, biasanya setelah meminta izin untuk membawanya pulang, Nande Taki memberikan anak-anak itu durian. Aku salah satu dari kerumunan anak-anak yang pernah bermain ke ladangnya. Apakah itu menjadi awal aku berkenalan dengan buah yang berasal dari Asia Tenggara ini? Entahlah.

Sama seperti ibuku, meski suka, posisi buah durian bagiku adalah “Ada di makan, kalau tidak ada, tidak dicari”. Bukankah repot membawa dan membuka buah yang mampu memunculkan efek good mood karena mengandung Tryptopan ini? Padahal, bukan tidak mungkin meminta si penjual yang membukanya. Manalagi memakannya biasa - kalau kata orang Medan - berselemak peak. Pun, di rumah ada adikku yang tidak suka aroma buah durian. Mungkin ini yang dimaksud orang-orang belahan barat bumi, “Smells like hell, tastes like heaven”.

Itu dulu. Sekarang, orang-orang semakin kreatif mengolah durian. Memakannya tidak mesti repot dan banyak pilihannya. Ada kolak durian, pancake durian, durian goreng, jus durian, dan sop durian!
Sekitar dua tahun lalu, pancake durian membuatku penasaran. Bentuknya lucu, seperti bantal imut, dan kelihatan empuk. Melihat bantal ini bukannya ingin tidur, tapi ingin melahapnya. Sampai bertanya pada seorang teman,

“Cha, pernah makan pancake durian?”
“Pernah, Rin.”
“Gimana rasanya?”
“Kayak durian, Rin.”

Percakapan selesai.

Penampakan Pancake Durian setelah diajak keliling Medan,
bentuknya jadi mirip tahu tapi tetap nikmat
Menyusul buah-buahan seperti pisang, ubi, sukun digoreng. Beberapa waktu lalu, aku baru tahu kalau durian pun ada yang digoreng. Sepertinya cocok untuk yang ingin menikmati camilan manis yang lembut di dalam, crunchy di luar.

Durian Goreng
Kalau dua olahan sebelumnya tidak berkuah, lain halnya sop durian. Ya lah, masa’ sop tanpa kuah? Tapi sop yang ini disajikan dingin. Jadi selain ada manis-manisnya, segar pula kayak aku. Rasa sop durian ini bukan semata legit durian, karena diramaikan dengan potongan  buah nangka, agar-agar, kelapa muda, dan keju, serta siraman rohani, maaf, maksudnya siraman susu kental manis. ‘Ornamen-ornamen’ pelengkap sop durian tadi, jika disajikan satu persatu saja sudah nikmat, apalagi ketika digabungkan? Bisa dibayangkan?

Sop Durian Kuliner Khas Medan
Sop durian kuliner khas Medan, sepertinya sudah tidak sedikit yang menjual sajian ini. Tapi kalau mau sekalian coba ragam olahan durian lainnya, termasuk variasi sop durian, terus pergi dengan teman yang kurang menyukai durian – yang otomatis berharap kalau bisa menyajikan makanan dan minuman selain olahan durian, bisa coba ke Maidanii Pancake Durian yang ada di Jalan HM Yamin No. 121 Medan.

Buah berkulit berduri ini mengandung vitamin B, vitamin C, zat besi, antioksidan, dan sejumlah nutrisi lainnya. Buah ini kaya nutrisi memang, silakan mencari dan membaca jurnal atau artikel-artikel terkait. Asal memakannya tidak berlebihan, sebab buah ini juga mengandung gula alami yakni sukrosa, fruktosa, dan glukosa yang berkombinasi bersama serat akan menambah energi. Energi yang berlebihan dan tidak tersalurkan bisa mengganggu keseimbangan tubuh. Sebaiknya makan durian 100 -200 gram saja dan tidak beserta kulitnya.


Don’t judge a fruit from its skin and smell, ahaha.

Ririn Anindya

......

13 komentar:

  1. Percakapan ucha n ririn absurd banget ya, haha klo kelenlah, btw durian goreng itu boleh juga ;-)

    BalasHapus
  2. Durian digoreng kayak gitu apa masih berasa aroma duriannya? Soalnya aku kurang suka durian.. hehehe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. untuk duria goreng, baru cicip fotonya aja kak :D

      Hapus
  3. bener juga, itu pancakenya jadi mirip tahu ya karena udh kepenyet hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. itulah Ly, maka diperlukan imajinasi seolah dia fresh from the oven ahaha

      Hapus
  4. ternyata pancake durian tu rasanya kayak durian ya O.O

    BalasHapus
  5. seakan membaca hikayat sebuah durian :)

    BalasHapus
  6. Baru bisa baca...itu pancakenya yang hadiah dari seminar kemaren ya kan :). Smells like hell tastes like heaven. Setuju sekali... Kalau cuma dpat aromanya doang...aduuh...cemana gitu ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaa, dihibahkan oleh mak zee. Btw, durian gorengnya gimana? kuat aromanya?

      Hapus