Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
(Penggalan lagu Indonesia Raya, WR Supratman)
Cegah stunting, selamatkan generesi kita. Lagu yang pertama kali diperdengarkan pada 28 Oktober, hampir 89 tahun lalu, tepatnya pada Kongres Pemuda I, dalam sajaknya berpesan agar membangun jiwa dan badan untuk Indonesia. Tanpa jiwa dan badan yang sehat, Indonesia Raya belumlah 'raya'. Loh, bagaimana bisa seperti itu? Tapi apakah kita sudah membangun jiwa dan badan kita? Sudah 'amankah' generasi penerus negeri ini, secara negeri kita dikenal sebagai tanah yang gemah ripah loh jinawi, negeri dengan kekayaan yang berlimpah?
Hari ini, hari ke-29 di bulan September tahun 2017, saya mendengarkan lagu itu kembali, sebagai bagian pembukaan kegiatan yang dilaksanakan Kemenkominfo. Kegiatan yang mengusung "Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Dalam Penurunan Prevalensi Stunting" ini dilaksanan di Sheraton Poin Hotel dan ada sekitar 40 peserta yang menjadi peserta kegiatan ini.
Stunting adalah ancaman? |
Sedari mendaftar acara ini, secara hakiki tanpa keraguan, saya gak paham apa itu "stunting". Jadilah googling biar enggak buta-buta amat. Dan alhamdulillah, semakin komplit dengan penjelasan para pemateri di hari H.
Stunting Mengancam Anak Bangsa
Stunting bukanlah sejenis virus atau semacam malware "Wanna Cry". Tapi hal ini tak kalah mengancam dan sangat bisa membuat cry, bukan data yang diserangnya, tapi anak bangsa. So, apa sebenarnya stunting?
Pengertian stunting, dan jika ini mengancam bagaimana solusinya, dijabarkan oleh pemateri pertama yakni Bapak Galopong Sianturi, SKM, MPH. Beliau merupakan pembicara dari Dirjen Kesehatan Masyarakat.
Bapak Galopong Sianturi, SKM, MPH |
"Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibta kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek dari standar umurnya."
Penyebab langsung dari stunting adalah konsumsi makanan yang kurang bernutrisi dan adanya infeksi penyakit. Sedang penyebab tidak langsungnya adalah lingkungan dan sanitasi. Akar masalahnya pun beragam, bisa karena sosial budaya, kemiskinan, pola asuh, bahkan politik!
Saya tidak tinggi karena bapak - mamak tidak tinggi, buah jatuh tak jauh dari pohonnya?
Bapak Galopong menyampaikan bahwa faktor genetis mempengaruhi tidak sampai 20%, karena saat ini yang paling mempengaruhi adalah nutrisi dan stimulasi atau gaya hidup manusianya sendiri.
Sudah umum diketahui bahwa masa anak - anak adalah masa dengan perkembangan dan pertumbuhan yang pesat. Terutama di 1000 hari pertama kehidupan yang dimulai sejak terjadinya pembuahan. Sehingga masa yang disebut dengan golden periode ini sangatlah menentukan masa depan anak dari segi kesehatan fisik atau bahkan karakternya.
Stunting bukan hanya perkara fisik
Akibat stunting bukan hanya anak bertinggi tubuh jauh di bawah rata-rata usianya, namun juga perkembangan otak yang terhambat akibatnya sulit berprestasi, rentan terhadap penyakit, dan ketika dewasa mudah menderita obesitas. Yang mana penderita obesitas rentan pula terhadap penyakit jantung dan lainnya. Kalau kita atau generasi kita umumnya begini, kapankah Indonesia akan raya? Hal ini tentu dapat diminimalisir dengan mengetahui penyebabnya dan bagaimana pun, mencegah lebih baik daripada stunting. Peduli nutrisi, peduli gaya hidup, peduli sanitasi. :)
Yuk, sebarkan kepedulian, sharing is caring!
Mbak Mira Sahid, founder Emak Blogger, Mom, Praktisi Yoga, Passionpreneur |
Lanjut ke pembicara ke-dua yakni Mbak Mira Sahid, founder Emak blogger. Fiks lah ya, dikira sebaya ternyata sudah menjadi ibu dari dua anak. Mbak Mira menyampaikan bahwa melalui blog, selain mengambil manfaat, kita tentu sangat bisa berbagi manfaat. Di antaranya menyebarkan informasi yang edukatif, contohnya mengenai gerakan yang diusung Kemenkominfo ini dalam upaya penurunan prevalensi stunting. Tentunya dengan kaidah "Saring before sharing, think before posting". Karena dengan begitu, blogging akan menjadi berkah bukan musibah.
Selain foto bersama, kegiatan ini diikuti pula dengan kegiatan flash blogging. So, pos ini benar - benar fresh from the oven, meski fresh tetap think before posting dan menulisnya dengan cintahhh, shay! Yok, kita ambil peran, sehingga ini menjadi sebuah gerakan yang masif, bukan hanya untuk aku, kamu, dia, tapi untuk kita, Indonesia.
"Adek mau lawan stunting!" Si adek saya dalam jepretan Kak Tiwi |
Iya jga anak bangsa ini memang banyak juga yang pendek-pendek.
BalasHapusamanah untuk yang udah tau, untuk cegah stunting :)
Hapusamanah untuk yang udah tau, untuk cegah stunting :)
Hapushai abil cakep dan tinggi, dapat salam dari Dek Khalil ^^
BalasHapussalam juga buat dedek Khalil yang lincah, abang Abil nunggu masa main bareng dengan dedek Khalil
HapusCakeeep dahhh kak ,,
BalasHapusBisa jadi bekal yang baik untuk semua yang mau berumah tangga
Ayo Ndre, kumpulkan bekal selagi muda
HapusSelama ini mikirnya, tinggi badan anak karena pengaruh genetika sih
BalasHapusDan baru tau mengenai stanting, mksh infonya kak
yuhuu, silakan cek cek pos yang lain, ada info juga di sana :D
HapusYok lah...I'm in..tapi apakah itu artinya kita gak bisa sering-sering nongrong sambil makan mie ayam bakso? :D
BalasHapussering - sering kayaknya jangan, gak aman juga buat kantong, haha
HapusGimana taunya kalau kita stunting apa enggak kak? Ada standartnya kak? Misal usia sekian harus tingginya sekian.
BalasHapusada ci tabel standarnya utk tiap usia perkembangannya, bisa di googling. Paling cepat terdeteksi ketika anak itu lahir, jadi makin cepat tau, makin cepat bisa di atasi, biar lebih aman cukupi gizi saat hamil bahkan persiapkan kondisi tubuh sebelum kehamilan. Untuk bayi baru lahir rentang dari 80% ideal / standar sd ideal/standar itu utk TB 40,40cm - 50,50cm, dan BB 2,7kg - 3,4kg
HapusGimana taunya kalau kita stunting apa enggak kak? Ada standartnya kak? Misal usia sekian harus tingginya sekian.
BalasHapuskalo pake produk peninggi badan bisa gak ya, yang ditarik tarik itu biar panjang kakinya, hehehe
BalasHapustapi kan ya, stunting ternyata itu toh artinya, kirain sama artinya ama stuntman