Dokter Muda Ikram: USG Keliling, Memangkas Jarak Hadirkan Layanan Kesehatan di Pulau Pulau Kecil
“PRAAAANG!”
Gelas souvenir bertuliskan “Happy Wedding Yuyun & Endang” pecah berkeping. Dalam sebilang menit, aku yang jatuh bersama gelas bening itu tak berani bangkit. Bukan karena menikmati rebah di atas keramik merah muda dapur yang licin dan membuatku terpeleset, namun aku disekap takut juga gugup. Bagaimana dengan calon bayi yang menurut prediksi tak sampai dua bulan lagi lahir dari rahimku? Saat itu, rasanya semua terhenti. Selang dua jam kemudian, aku berbaring kembali, kali ini untuk pemeriksaan USG.
****
![]() |
| sumber: instagram @ikramsyah_maulana |
Tak semudahku kala itu, masih di nusantara, pemeriksaan USG adalah ‘barang mewah’. Ingin, para ibu mengandung itu ingin, namun ingin itu jadi angan mungkin hingga kelahiran. Sebab, menjangkaunya tak selalu mudah. Bukan hanya cerita biaya, namun jarak turut menjadi soal. Selain berteman dengan mual, ibu hamil juga biasa diintai kaki yang keram, ternyata masih harus menempuh jarak puluhan kilometer atau menantang gelombang ombak yang mengombang ambing perahu kayu? Bertaruh dua nyawa. Seperti itulah gambaran ibu hamil – di antaranya - di Pulau Hatta. Pulau yang diberi nama Hatta untuk mengenang wakil presiden pertama republik yang sempat diasingkan di Banda Neira, dulunya bernama Pulau Rozeingan. Pulau yang kini berpenduduk sekitar 1.000 jiwa tersebut merupakan gugusan pulau Banda, Maluku.
Dokter Ikramsyah Maulana - seorang dokter muda berdarah ambon - bersama timnya memutuskan untuk tak sekadar menunggu. Ia terdorong ‘menjemput bola’, memilih berkeliling menyebarkan edukasi dan memberikan layanan pemeriksaan USG bagi ibu hamil.
Siang itu, langit biru membentang, berhiaskan sejumlah gumpalan awan putih menggemaskan ketika kapal kayu kecil yang ditumpangi dr. Ikram Syah Maulana, bersama timnya meninggalkan dermaga. Ombak mengayun, mesin perahu menderu, aroma solar menemani perjalanan mereka. Perahu mereka laju, ombak berdeburan, angina yang menampar wajah tak mengurangi tekad mereka yang bulat. Ia menggenggam erat USG portable yang dinanti para ibu hamil di gugus pulau Banda yang tak termanjakan oleh layanan kesehatan.
Bukan hanya layanan kesehatan, edukasi tentang kehamilan pun terbilang kurang. Banyak ibu yang akhirnya mengandalkan dukun beranak, bertahan dalam mitos mitos kehamilan dan kelahiran yang tidak tentu kebenarannya. Akhirnya, baik para ibu ini mengarungi laut ataupun tidak, mereka tetap saja bertaruh dua nyawa.
USG keliling hanya satu dari beberapa program yang akhir sekalian berjalan. Kegiatan ini juga melahirkan ruang ruang berbagi edukasi dan meningkatkan wawasan bagi para bidan desa.
****
Kelulusan dari pendidikan dokter yang ia tempuh dengan beasiswa di universitas Pattimura tidak menjadi akhir cerita, namun justru alinea baru dalam kontribusinya untuk negeri.
Dari dek kecil perahu yang mengantarkan Ikram muda dan timnya pulang, ia menatap pulau yang perlahan menjauh. Ia sadar, masih banyak ibu yang membutuhkan sentuhan pengetahuan dan pemeriksaan USG. Dokter Ikramsyah Maulana, selain di ruang praktik atau pelosok pulau, ia juga kerap mengedukasi lewat instagram atau Tik Tok dengan kontennya yang segar.
****
Bermula dari kepedulian yang bergulat denga keprihatinan akan minimnya layanan kesehatan namun juga tersimpan harapan besar untuk dapat menghadirkan bayi bayi mungil dengan sehat dan selamat, akhirnya melahirkan gerakan yang terlihat sederhana namun berdampak dan krusial: USG Keliling. Sebab, tak sedikit ibu yang melahirkan tanpa pengawasan dan tak tersentuh pemeriksaan medis yang layak sekalipun.
Gerakan yang diinisiasi oleh dokter berlesung pipi itu pun mendapat perhatian dan apresiasi, mengantarkan dr. Ikramsyah Maulana meraih Semangat Astra Terpadu (SATU) Indonesia Award melalui gagasannya yang lahir dari kegelisahan dengan tajuk, “Tindakan Kecil Menyelematkan Dua Nyawa.”
SATU Indonesia Award merupakan program apresiasi dari PT Astra Internasional Tbk yang rutin diadakan setiap tahunnya sejak 2010. Program yang merupakan bagian dari CSR PT Astra ini , memberikan apresiasi kepada anak anak muda yang peduli dan berkontribusi bagi bangsa dalam bidang pendidikan, kesehatan, wirausaha, lingkungan, atau teknologi. Parah peraihnya dapat betrupa individu maupun kelompok, selain mendapatkan dana pembinaan, penerima anugrah bergengsi ini juga akan dibina lewat kegiatan yang bergunan untuk meningkatkan kebermanfaatan mereka. Pemilihan penerima anugrah ini pun melibatkan beberapa dewan juri dari berbagai lintas profesi untuk menemukan anak bangsa yang penuh semangat untuk hari ini dan masa depan Indonesia.
![]() |
| sumber: instagram @ikramsyah_maulana |
Meski jas putih dokter biasanya identik dengan kemapanan, dr. Ikram memilih turun dan bergelut memangkas jarak agar masyarakat mendapatkan edukasi kesehatan dan layanan USG bagi ibu hamil. Meski, ombak kadang tak selalu bersahabat dan terik menggigit kulitnya, langkahnya tak mundur. Rasanya, ia menyelami betul apalah arti mentereng dan kemewahan jika tak dapat menghadirkan kebermanfaatan bagi manusia lainnya? Apa guna ilmu jika hanya bergumul di kepala sendiri?






Posting Komentar