Anak bermain di alam tanpa worry infeksi cacing

Sekitar 25 tahun lalu, air sungai Deli di daerahku - di pinggiran kota Medan, tidak sekeruh sekarang. Memang tidak sejernih aliran pegunungan namun kerikil di dasar sungai masih samar dapat terlihat. Ibu sering melarang aku dan abangku berenang di sungai, namun tentu dapat lepas dari pengawasan saat mereka bekerja. Sedang pengasuh juga sudah cukup repot mengurus kedua adikku. Aku tidak ikut berenang, melainkan asyik membuat bola dan boneka tanah liat. Berkotor kotor ria dengan tanah tepi sungai.

Kesenangan bermain tanah kini dilakukan Nua, anak kami yang sebentar lagi berusia 5 tahun. Nua senang berkebun mengikuti eyangnya. Terkadang dia mengeruk mengeruk tanah di halaman belakang lalu memindahkan ke polibag. Lain waktu, dia ikut menanam bibit tanaman – meski sebenarnya belum ada yang berhasil tumbuh. Tak jarang, dia membawa truk escavator mainan bersamanya. Ternyata, selain memberi kesenangan bagi si kecil, bermain di alam terbuka atau bermain tanah punya sejumlah manfaat. Tentu yang dimaksud tanah benaran, bukan tanah sengketa.


Adapun beberapa manfaat bermain di alam atau perkarangan seperti berkebun dan eksplorasi lainnya, antara lain:

  1. Stimulasi sensorik dan motorik anak.
  2. Meredakan kecemasan dan memberi kesenangan
  3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan imajinasi anak
  4. Sarana mengenal objek di alam. 


Di sisi lain, sempat berpikir, bagaimana ya kalau malah jadi kecacingan? Sudah sepenuh hati menyiapkan makanan bergizi, eh cacing cacing di perut curi semua nutrisi. Rugi, dong? Apalagi Nua juga punya ikan peliharaan dan suka bermain dengan ternak ayam milik pakde jika berkunjung ke rumah pakdenya. Gejala umum yang harus dikenali adalah lesu, tidak bersemangat, sering mengantuk, pucat dan kurang gizi.  Adapun dampak dari kecacingan jika terus diabaikan dapat menjadi seperti anemia, diare, gizi buruk, bahkan stunting.


Heavy worm infestation has been associated with malnutrition, in particular stunting, underweight, and anemia in children. (https://www.hindawi.com/journals/jnme/2023/9529600/)

Dipaparkan dalam Journal of Tropical Pediatrics; dalam studi tersebut terdapat dua kelompok yang terdiri dari 200 anak usia 24-72 bulan diteliti pertumbuhannya selama 12 bulan. Hasilnya, 100 anak dalam kelompok pertama yang pernah menderita cacingan diketahui memiliki tinggi dan berat badan yang lebih rendah dibanding 100 anak dalam kelompok kedua yang tidak pernah menderita cacingan.
 
Tapi rasa rasanya, kami juga tidak ingin kehilangan kesempatan memberikan ia pengalaman bermain seluas – luasnya di usia anak anak. Beberapa cara yang lakukan sebagai bentuk pencegahan dari penyakit kecacingan:

  1. Cuci tangan dan kaki dengan sabun di air mengalir, bila perlu langsung mandi bersih setelah bermain.
  2. Rutin potong kuku
  3. Mencuci buah dan sayur dengan bersih dan memasak air ataupun daging hingga matang.
  4. Memilih lahan bermain yang lebih minim risiko.
  5. Mengonsumsi obat cacing untuk pengobatan atau pencegahan.

Obat cacing sendiri dapat diminum sebagai bentuk pencegahan pada anak yang berisiko, untuk anak di atas 2 tahun, biasanya per enam bulan. Meski obat ini dapat dibeli tanpa resep dokter, orangtua tetap benar-benar harus mengikuti petunjuk pemakaian. Jika ragu, ayah bunda dapat mengonsultasikan ke dokter atau bidan, baik dokter di klinik, puskesmas, ataupun  lewat telemedicine.

Yuk ayah bunda, ajak anak bermain di alam terbuka tanpa worry kecacingan.

Ririn Anindya

......

1 komentar:

  1. Wah kak Nua pinter ya sudah bisa main tanah yg banyak. Betul itu Bun, stimulasi motorik dan indra taktil juga bagus kalau anak main dengan benda benda alam. Adib juga suka sekali nyeker di tanah dan kalau dipakein sandal dia malah kabur.
    Kecacingan inilah musuh emak emak, tp rutin konsumsi obat cacing sesuai takaran itu juga sdh bagus. Kalau Adib dari umur 1,5 tahun udah aku kasih Krn dulu dia suka mendadak ngemut kerikil di taman. Apa gak kemakan tanahnya. Haduh inget ini Emaknya sering panik sendiri. Hehe
    Adib minum combantrin anak Bun. Skrg udah rutin per 6 bulan sekali yaitu bulan Februari dan Agustus, kayak jadwal posyandu.

    BalasHapus