Cerita Kuda Besi Keluargaku dari Masa ke Masa

Sebuah Kenangan dengan Motor Pertama Keluarga...

Sekitar dua puluh lima tahun lalu, hari itu di Sabtu sore. Bapak libur bekerja, ia mengajak aku dan adik menyusuri jalanan Medan dengan motor pertama keluarga kami. Tepatnya, bukan motor kami, karena kendaraan roda dua itu berplat merah – punya kantor. 

Dengan Yamaha RX King yang bersuara agak nyaring, kami menyusuri kota Medan. Lalu lalang kendaraan tidak sepadat sekarang, tapi jalanan juga tak selebar saat ini. Sabtu sore kala itu, kami berhenti di seberang bandara Polonia. Kami duduk duduk di – sebenarnya bukan taman – seperti sepetak hamparan berumput pendek, dugaku rutin dipangkas. Dari tempat itu, beberapa puluh meter sebelah timur ada sungai Deli, dan di sebelah barat terdapat jalan raya, kemudian pagar kawat pembatas bandara. Bukan taman, tapi di sana ada anak anak bermain layangan, penjual jagung dan kacang rebus, atau ada pula keluarga kecil lain yang hanya duduk duduk seperti kami, santai menonton pesawat mendarat dan lepas landas. Motor yang punya banyak kenangan itu masih tangguh ketika ia pulang kepada pemilik aslinya, yaitu negara, saat bapak pensiun.


Jalan Jalan dan Memori Mendalam...

Mungkin, bapak tidak pernah menyangka, kesenangan ia membawa kami berkeliling menjadi core memory bagiku. Hingga ketika kini aku diamanahi seorang putri, jadi senang sekali membawanya jalan jalan. Walaupun suami tak memiliki kesenangan sebesar kami untuk kegiatan itu, alhamdulillah dia tak pernah menolak diajak berpergian dan tak jarang juga berinisiatif mengajak lebih dulu. Kuharap, kenangan kenangan yang terlihat sederhana ini, akan lestari di ingatan buah hati kami.

Merajut Cerita dengan Motor Keluarga Saat Ini...

Berbeda dengan bapak yang mengajak kami dengan RX King berplat merah, bapak Nua mengajak kami menikmati jalanan dengan Yamaha Mio berplat hitam. Ia beli dari ‘tangan kedua’ dengan menyisihkan gaji pertama. Ia lakukan itu jauh sebelum menikah. Sayangnya, motor legenda itu tak dapat perawatan yang layak dari pemilik terdahulu, agaknya sangat lama terbengkalai. Maka, terkadang Mio merah itu terbatuk di tengah jalan. Kuda besi itu kadang terengah engah, tapi ia tetap bertahan menemani kami sebilang tahun, hingga kini. Kami masih mempertahankannya, tapi sampai kapan? Bisa dan ‘tegakah’ meminta rodanya berputar jauh, untuk touring atau pulang kampung misalnya?

Kuda Besi Menuju Kampung Halaman...

Seperti lebaran tahun lalu, di mana giliran menghabiskan hari pertama lebaran di kampung suami yang berjarak sekitar 4,5 jam dari Medan. 

Kami menimbang nimbang akan pergi naik apa? Naik bus, mungkin kami akan menunggu lama di loket. Naik KA sudah tak kebagian tiket. Apalagi di kampung kami pasti butuh kendaraan. Naik mobil? Sepertinya akan terjebak kemacetan dan apa sanggup untuk lama menyetir? Bensin dan tol juga tidak murah, belum lagi saat itu, adik kami baru punya bayi, agaknya dia lebih perlu mobil untuk ke kampung mertuanya. Naik motor tentu seru, dan sebenarnya sudah lama kuidamkan. Beli motor baru? Bukannya pengurusan surat kendaraan itu minimal dua pekan? Sedangkan saat itu lebaran tak kurang satu pekan. Tapi alasan utama kami tidak beli motor saat itu sih karena belum cukup duit. Ya sudah, karena belum punya, bagaimana kalau menyewa motor saja? Meski belum membeli, ada banyak opsi motor untuk dijadikan pilihan, jadi aku pun berusaha mencari info sedetil mungkin demi kenyamanan di perjalanan. Hingga saat itu, pilihan kami jatuh kepada Yamaha Nmax 155.

Cerita Nmax : Jatuh Hati dan Skenario Pulang Kampung

Aku tahu Yamaha Nmax pertama kali dari siswaku. Pelajar kelas duabelas itu, ayahnya adalah kontraktor dan ibunya pegawai di London Sumatera, pergi dan pulang sekolah dengan Nmax. Namun, pertama kali aku mencoba Nmax – yang generasi pertama - justru dari memesan transportasi daring. Sebenarnya aku tak begitu punya first impression yang menyenangkan. Rasa rasanya, tubuh motor saat itu lumayan tambun, sehingga membuat aku yang duduk di boncengan agak pegal di bagian paha. Namun dari pencarian tentang motor untuk sewa tahun lalu, aku baru tahu, kalau Yamaha Nmax banyak berinovasi. Sepertinya, daripada adu nasib, Yamaha lebih memilih mencari solusi.


Menghemat yang Bisa Dihemat...

Kami pun telah merancang skenario apik pulang kampung dengan Yamaha Nmax 155. Perencanaan yang akan dimulai dua hari sebelum lebaran. Diawali mengecek kondisi motor. Kalaupun pemilik mengatakan motornya sehat, kami akan tetap memeriksanya lebih dulu. Lalu kami akan mengisi bensin Yamaha Nmax 155 yang berkapasitas tangki 7,1 liter karena biasanya antrian SPBU akan mengular saat lebaran. Motor Yamaha Nmax 155 terbilang hemat karena telah dilengkapi dengan teknologi Blue Core & VVA mesin 155 cc  yang menjaga efisiensi bahan bakar dan membuat mesin lebih bertenaga.

Kenyamanan dalam Perjalanan...


Rencana selanjutnya adalah memilah barang bawaan. Meski motor ini memiliki pijakan kaki dan jok yang nyaman, kapasitas bagasi yang lega sebesar 23 liter, kami tetap akan membawa barang seminimalis mungkin. Baju bisa diusahakan cuci pakai, atau untuk di rumah bisa meminjam milik mertua atau ipar. Malam sebelum bertolak ke kampung pun, kami tidak akan bergadang, agar tubuh terasa segar ketika bangun.

Sekitar pukul 6 pagi, rencananya aku, suami, dan putri kami akan berangkat dari rumah. Ketiganya, harus menggunakan helm berstandar nasional, jaket yang nyaman, kaos kaki dan sepatu. Aku bahkan sudah menyiapkan jaket merah muda yang lucu untuk Nua. Kemudian, mungkin akan beristirahat dua kali, di masjid Al Ihsan Wajannah Tebing Tinggi dan Masjid Agung Siantar. Jika bukan Ramadan, di sekitar masjid ini – seperti di pelataran atau luar pagar, kita dapat menemukan banyak pedagang cemilan yang enak dicoba.

Keamanan Diri dan Kendaraan...

Menurutku, penting untuk beristirahat di perjalanan yang lebih dari dua jam ini. Beristirahat untuk solat, keperluan ke kamar kecil, peregangan. Saat itu, motor haruslah aman terparkir. Motor Yamaha Nmax 155 telah dilengkapi dengan teknologi keyless dan fitur answer back sistyem. Sistem ini mengandalkan gelombang radio ekslusif untuk mengaktifkan sistem kelistrikan dan memudahkan pengendara mencari posisi parkir dan motor lebih aman dari aksi pencurian. Dan tak ketinggalan disempurnakan dengan Y-connect aps yang mampu menghubungkan informasi motor dengan ponsel pemilik. Selain memang tak ada salahnya menggunakan kunci ganda. Jangan sampai beli enggak bisa, mengganti bisa.

Tampil Elegan di Hari yang Fitri...

Di hari lebaran, setelah solat dan sarapan pagi bersama, kami akan bertandang ke rumah rumah saudara, lalu berziarah ke makam papa mertua. Tampilan Yamaha Nmax 155 memang mewah dan berkelas, dengan desain body yang mendukung kenyamanan, lampu eksotis dan juga dilengkapi dengan lampu hazard untuk memberi tanda dalam situasi darurat, akan membuat kami tampak seperti orang berduit. Tetap saja, jika ditanya, kami tetap bilang,

“Kami menyewa, agar bisa pulang kampung. Doakan kami bisa segera membelinya.”

Namun skenario ini tak jadi tergenapi, karena setiap jasa rental yang aku hubungi menjawab,

“Maaf kak, semua unit Yamaha Nmax sudah full booked.”

Mungkin, takdir kami kelak akan pulang kampung dengan Yamaha Nmax 155 milik sendiri. Apa kalian juga punya cerita tersendiri dengan motor kenangan atau motor impian kalian?


Ririn Anindya

......

3 komentar:

  1. Waooo.... Kita aminkan saja ya kan. Nanti akan ada aja itu jalan dari mana-mana yg tak terduga, Insya Allah. Dah lama gak baca mode tulisan macam gini😁. Bisa dipastikanlah.

    BalasHapus
  2. Tangki minyak 7,1 liter? mangtap sekaliii T_T apalah daya pernah naik motor ke siantar harus dua kali berenti di pom bensin :((( Tapi iyah baru tau nmax juga ada rentalannya. kirain mobil ajaa.

    BalasHapus
  3. Keren sih motor ini. Semoga rejeki memiliki si bohay ini ya.

    BalasHapus