Berwisata Sejarah bareng Anak ke Tjong A Fie Mansion dan Museum Negeri

Sejarah mendidik kita supaya bersikap bijaksana. (Kong Fu Tse - filsuf)

"Kak, kakak tau apa itu sejarah?" Aku sering ngobrol hal random dengan Nua - putri kecil kami yang kini menginjak empat tahun. Biasanya itu terjadi setiap kesempatan, paling sering saat makan bersama atau mau tidur.


"Ha? Enggak tau kakak." Itu responnya. 

"Sejarah itu, sesuatu yang terjadi di masa lalu, zaman dahulu. Contohnya, kaya' yang kita baca di buku kakak, tentang Rasulallah yang hijrah dari Mekkah ke Madinah. Atau Sultan Ma'mun Al-Rasyid yang membangun Istana Maimun..."

"Istana Maimun yang di seberang perpustakaan kan, Ibu?" Aku membenarkan.

Salah satu tempat aku dan Nua 'kelayapan' adalah di Perpustakaan Provinsi Sumatera Utara yang terletak di Jl Brigjen Katamso Medan. Suatu ketika sepulang dari sana, kami sempat mengunjungi Istana Maimun.

Tiket masuk ke dalam istana dikenakan Rp 10.000 untuk dewasa, dan Rp. 5.000 untuk anak anak. Jika kita mau ke makam meriam puntung yang ada di sisi istana dan mendengar legendanya, dikenakan tarif Rp 5.000 per orang. Dan gratis, kalau hanya berjalan jalan di halaman istana.

Nilai Nilai dalam Sejarah dan Cara Mengenalkan ke Anak

Aku bukan orang yang banyak tahu atau menguasai sejarah, tapi rasanya ada banyak hal yang dapat dipelajari dari sana. Misal, tentang nilai luhur, budaya, semangat juang, sampai mengenai keindahan atau keunikan arsitektur bangunan bersejarah.

Bangunan Bersejarah: Kantor Pos Medan, Titik 0 Km Medan.


Saat di bangku sekolah, pelajaran sejarah tidak selalu menyenangkan bagiku. Bisa jadi karena dibawakan tidak sesuai dengan langgam belajarku. Ada beberapa cara yang bisa dicoba untuk mengenalkan atau menarik minat anak tentang sejarah di antaranya:

  1. Mengenalkan sejarah lewat story telling, seperti mendongeng atau menggunakan hand puppet.
  2. Membacakan buku cerita sejarah dengan cara yang menarik. Misal, memilih buku yang bergambar menarik dan dibacakan dengan intonasi juga mimik yang mendukung. Jangan datar datar aja, gitu.
  3. Lewat tontonan yang cocok untuk anak. Btw, di Museum Negeri Pemprovsu, pengunjung bisa tau tentang sejarah Sisingamangaraja XII lewat video yang disajikan di museum tersebut. Gambarnya menarik loh.
  4. Melakukan wisata sejarah seperti mengunjungi bangunan bersejarah atau menyimpan nilai sejarah. Untuk Medan, ada Istana Maimun dan Masjid Raya, Museum Negeri, dan Tjong A Fie Mansion, dan banyak lagi.


Pun tetap mengajak anak untuk diskusi dengan bahasa yang paling sederhana dan dimengerti. Anak mungkin enggak ingat tahun terjadi - aku pun susah, detil sejarah, atau atau nama nama tokoh. Tapi yang penting dia senang dulu dan disampaikan nilai budi pekertinya. 

Ada dua tempat wisata sejarah di Medan yang baru baru ini aku dan Nua kunjungi yakni Museum Negeri Sumatera Utara dan Tjong A Fie Mansion.

Museum Negeri Sumatera Utara

Museum Negeri Sumatera Utara merupakan museum terbesar di Medan. Lokasinya berada di Jl. HM. Joni. Museum yang terdiri dari dua lantai ini, menampilkan ragam kerajinan tangan, seni, dan miniatur bangunan suku suku di provinsi ini. Serta, peninggalan budaya bangsa mulai dari zaman prasejarah hingga masa perjuangan kemerdekaan.  Tak ketinggalan, mengenalkan para pahlawan pula. Terdapat juga beberapa koleksi dari negera lain seperti Thailand.



Harga tiket museum ini sangat terjangkau. Tiket untuk dewasa dikenakan Rp 3.000/orang, anak anak Rp 1.500/orang, sedangkan wisatawan mancanegara Rp 10.000/orang. Jadi, selain mengajak anak, cukup recommended juga untuk mengajak teman atau saudara kemari, terutama yang berasal dari luar Medan.

Museum yang didirikan pada 1954 ini, dikelola oleh pemerintah provinsi Sumatera Utara. Waktu bukanya mulai jam 8 pagi sampai jam 4 sore pada Selasa sampai sampai Kamis, dan tutup 30 menit lebih awal pada Jumat hingga Minggu, sedangkan hari Senin tutup. 

Tjong A Fie Mansion



Rumah salah satu tokoh bersejarah kota Medan - Tjong A Fie Mansion, cukup populer pada dekade belakangan ini.Sayangnya, dulu sebelum era internet semaju sekarang, aku malah tau rumah ini dari salah satu acara TV yang memuat unsur mistis - dan akhirnya acara tersebut digugat oleh keturunan Tjong A Fie. Dua pekan lalu, aku mengunjung cagar budaya ini sekaligus menemani bulek dan sepupuku dari Jepang yang memang sangat ingin kemarii. Tentu, aku mengajak Nua sekalian.

Siapakah Tjong A Fie?

Warga Medan tentu tak asing dengan nama beliau. Secara singkat, beliau dikenal sebagai pengusaha kaya raya, kapitan, dan bankir, yang banyak berkontribusi dalam pembangunan kota Medan. Beliau merupakan keturunan etnis Tionghoa dan perantauan dari Tiongkok. Meski begitu, tokoh yang lahir pada 1860 ini dapat berkarib dengan semua etnis di Medan, termasuk berteman dengan Sultan Deli.



Sebelum mengunjungi rumah yang kini dijadikan museum, aku sudah tahu kalau Tjong A Fie sangat kaya, tapi setelah mengunjunginya aku berdecak, "What? Sekaya ini?" Karena bukan hanya di Indonesia, beliau juga memiliki kontribusi dan investasi di luar nusantara - pada zaman tersebut!

Tjong A Fie wafat pada 1921. Setahun sebelum wafat, beliau sempat meninggalkan lima testamen untuk keturunannya. Testamen adalah pernyataan dari orang yang masih hidup yang harus dilaksanakan pada waktu ia meninggal. Bisa dibilang semacam wasiat lah ya. Salah satunya berisi meminta keturunnya untuk,
Memberikan sedekah kepada orang miskin tanpa memilih golongan bangsa serta memberi sedekah kepada yang sakit dan bagi yang tidak mampu menghidupi diri sendiri.

Tjong A Fie Mansion di Kawasan Kesawan Medan

Sejak tahun 2009, bangunan yang dihadiahkan Tjong A Fie untuk istri ketiganya - Lim Koei Yap, dibuka untuk umum. Harga tiketnya Rp 35.000/orang, buka setiap hari kecuali saat perayaan Imlek, mulai jam 9 pagi sampai 5 sore.

Selain sebagai museum, ada bagian rumah ini yang masih digunakan oleh keturunan beliau sebagai tempat tinggal. Kami pun tak menyangka akan berpapasan dengan Ibu Mimi Tjong - cucu Tjong A Fie dari anak ke-empat Tjong A Fie dan Lim Koei Yap, lalu mengobrol, berfoto bersama, dan akhirya bulekku dan Ibu Mimi saling bertukar WA.



Ada sekitar 30 ruangan yang dapat dikunjungi, dengan dipandu dan diberi penjelasan oleh pemandu. Tidak semua ruangan dapat kita ambil gambar dan video, karena dilarang.

Selain halaman yang mumpuni, rumah ini juga memiliki banyak jendela dan taman terbuka di dalam rumah, sehingga sirkulasi udaranya sangat baik. Kalau punya rumah begini, bisa bosan gak ya di rumah? Enak beud sih semelir anginnya.



Arsitektur bangunan ini bukan hanya menampilkan unsur Tionghoa tapi juga Melayu dan Eropa. Bahkan di lantai dua ada semacam hall untuk berdansa, biasanya bersama tamu tamu Eropa Tjong A Fie.

Bangunan yang pada 2023 ini berusia 123 tahun berlokasi di kawasan Kesawan, tepatnya di Jalan Ahmad Yani Medan. Kita bukan hanya dapat melihat bangunan dan mendengar sejarahnya saja selama di sana, tapi juga mengamati furnitur, benda benda antik, juga barang barang yang beliau dan keuarganya pernah gunakan seperti  koper dan vacum cleaner. Pada zaman listrik masih sulit, beliau sudah punya vacum cleaner!


Nua dan Rumah Tjong A Fie

Pada awalnya Nua sangat excited, kami - ibu dan bapaknya yang deg degan. Bukan apa apa, anak seumurannya masih suka lari lari dan memanjat. Kayak mana coba kalau tiba tiba ada yang  "Ketumpraaaang!" dibuatnya? Bukan cuma barang mahal tapi bernilai sejarah! Karena banyak keramik kan ya, jadi dia lebih banyak dituntun dan digendong. 


Dan saat itu, balita ini datang bersama kami - empat orang dewasa. Tentu pemandu menjelaskan tiap ruangan dan sejarah dengan kalimat orang dewasa, jadi Nua merasa bosan. Tapi enggak apa apa, wajar untuk usianya, orangtuanya bisa menceritakan kembali di rumah. Syukurnya, di akhir ruangan ada show case minuman dingin yang bisa dibeli.


Kalau dari teman - teman, ada rekomendasi cara, buku,  atau tempat wisata sejarah yang menarik dikunjungi bersama keluarga?

Ririn Anindya

......

1 komentar:

  1. Seru banget bisa seseruan bareng anak ke Tjong A Fie ya,kak. Duh belum pernah menjelajahi ke dalam nih padahal banyak banget yang bisa dilihat dan dipelajari ya.

    BalasHapus