Menyusui Bayi Baru Lahir Pasca Caesar

Bisa enggak ya aku menyusui pasca operasi caesar? Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah agenda yang telah lama kurencanakan bahkan sebelum bertemu jodoh. Ini akibat saat masih gadis, sering nimbrung di seminar parenting atau event brand susu ibu hamil dan menyusui atau pun susu formula untuk bayi. Meski acara brand sufor, para pembicaranya tetap menyarankan untuk memberi ASI ekslusif. Memberi kolostrum, tetes pertama ASI ke bayi.

mungkin kamu tertarik menjadi guru private di medan

Akan tetapi, saat kehamilan 38 weeks, dokter obgyn tempat biasa periksa kandungan menyarankan untuk SC. Begitu pun saran yang kami dapati saat mencari 2nd dan 3rd opinion.


Menyusui pasca melahirkan secara pervaginam saja bisa terkendala, konon lagi dengan operasi yang lumrah butuh recovery lebih lama? Pikirku saat itu.

Moms and Dads (yang nyusui emang ibu tapi bapak juga harus ambil peran cuy), tujuan kita memberi nutrisi terbaik untuk bayi, kalau mampu, 'wajib' lakukan. Tapi ada juga kasus yang sampai berhari-hari ASI nya belum keluar. Jangan sampai malah sebaliknya, bayi kekurangan nutrisi atau dehidrasi. Jadi, tetap cek kondisi ASI dan konsultasi ke dokter atau perawat.

Pengalamanku, hari pertama ASI belum keluar. Namun karena yang kutahu bahwa bayi masih ada cadangan makanan pasca dilahirkan, kondisi Baby Nua juga sehat, perawat atau pun dokter juga tidak mempermasalahkan dan tetap support. Jadi lebih PD, dan gak sedikit pun saat itu terlintas, "Gimana kalau ASI ku belum keluar, besok?"

Dari buku "Handbook Kesehatan Anak"

Alhamdulillah, hari kedua sudah keluar, kami cek pakai pompa ASI. Pagi di hari kedua, yang keluar masih sakdulit. Perawat meyakinkan, kondisi saat itu tidak perlu dikhawatirkan, karena lambung bayi masih sebesar buah ceri, kebutuhannya sangat sedikit. Sorenya, ASI brebes.

Tekad sudah lama dipasang, tinggal menyempurnakan niat. Jadi ada beberapa catatan yang kujalani guna menunjang IMD.

Sebelum Hari H

1. Mengondisikan Keluarga
Selain rutin periksa ke dokter obgyn, kami juga check up di bidan.
"Bu Bidan, saya ingin IMD, bisa?"
"Oh kami dukung itu, cuma kan, kadang nenek si bayi gak sabar, kalau bayinya nangis-nangis aja."
Pernah sih aku dengar, "Sayang anak, lebih sayang lagi sama cucu."
Jadi, kusampaikanlah niat itu ke ibu, agar ibu tetap sabar dan support jika hari pertama ASI belum keluar. Karena mak ku juga dah kenal internet dan biasa demokratis di rumah, ini bukan perkara sulit bagiku. Tinggal diomongi baik-baik ala ala agen asuransi dan tunjukkan artikel di internet.

Gimana dengan mertua? Sama ibu sendiri biasa demokratis, sama mertua? Aku gak berkutik, wkwkwk. Itu urusan suami lah, lagian mertua, jauh.

Dari buku pink yang dikasih Bu Bidan

Dari buku pink yang dikasih Bu Bidan
2. Komitmen dengan pasangan atau pendamping persalinan
Saat kita dalam masa pemulihan, bergerak saja susah. Di sini pendamping persalinan berperan penting. Misal, menyampaikan ke perawat atau bidan niatan IMD, dan memastikan bayi hanya akan diberi ASI.

3. Gizi cukup dan seimbang
Nah ini dimulai pada masa kehamilan. Intinya makan makanan yang bergizi (dan yang buat happy).

4. Sampaikan ke petugas kesehatan
Teman pernah menyarankan untun mencari RS atau bidan yang pro ASI jika mau IMD. Nah, ku kurang paham istilah ini. Mungkin maksudnya yang mendukung dan yang kurang greget mendukung IMD. Jadi, untuk memastikannya, lebih baik sampaikan langsung niat kita ke dokter, perawat, atau bidan.

Nah, di RSI Malahayati tempatku bersalin, dokternya benar-benar support IMD, bahkan perawat ruang bayi selain mengajari suami membedong, menggendong, dan ganti popok bayi, juga sempat mengedukasi kami perihal ASI.

5. Knowledge is power
Cari informasi mengenai operasi caesar, menyusui. Cari di internet pada sumber yang kredibel, dan rajin tanya ke teman-teman yang punya pengalaman melahirkan. Baca buku, juga. :)

Saat Hari H

1. Positive thinking dan hindari stres
Pikiran yang hepi adalah koentji. Tapiii waktu itu, sekuat hati kuberusaha untuk santuy. Menyabar-nyabarkan dan disabar-sabarkan. Soalnya, keluarga pasien kanan kiri, berceletuk,
"Kok nangis aja anaknya?"
"Kasih susu lah anaknya, kasihan kali."
Padahal aku lagi nen-i. Serasa jadi orangtua miskin kasih sayang terhadap bayi kecil kami. Huhuhu.

Mana lagi kan ini anak pertama, aku dan suami belum ada pengalaman. Baru operasi juga, hari pertama malam baru bisa miring kanan - kiri. Besoknya baru bisa duduk, itu pun tertatih. Efek operasi sudah terasa.

Hari pertama dan kedua menyusi Nua tuh caranya (mungkin ini keliru) tapi itulah bisaku: bapaknya yang gendong Nua saat aku menyusui.

Dari buku saku yang dikasih dokter buat pantau imunisasi

Mertua belum bisa datang, sedang ibuku hanya di hari pertama tanpa menginap karena flu berat. Masih gak ngeh Nua nangis kenapa. Apalagi, ASI itu mudah diserap dan dicerna bayi, jadi bayi ASI lebih mudah lapar.

2. Seruangan dengan bayi
Atau istilah lainnya room in. Jadi cecapan bayi ke puting ibu juga merupakan stimulus keluarnya ASI. Kita juga bisa lebih sering skin to skin dengan bayi kalau seruangan. Di samping itu, ya kalau malam kita bisa langsung menyusui bayi. Karena bayi baru lahir harus disusui sekali dalam 2 atau 3 jam.

3. Kumpulkan dukungan
Bukan cuma caleg ataupun ikut ajang idol, saat berusaha ASI juga perlu dukungan. Saat sedih karena komentar keluarga pasien lain itu, maka aku WA kawan-kawan dekat dan kawan yang paham kondisi seperti ini. Berghibah lah kami. Kusampaikan hati ini rada anyep gitu.

Suami saat itu, selain  menjadi pendukung utama, sebenarnya ia pun perlu didukung. Karena saat Nua menangis, dan ASI belum banyak, dialah yang menimang-nimang Nua. Teringat juga di hari pertama kami baru bisa tidur pada jam 4 pagi. Maka sempat pula suami ke ruang perawat bayi untuk berkonsultasi. Mengingat selain keluarga pasien seperti terganggu dengan tangisan Nua yang berulang-ulang, kadang tamu mereka juga lumayan berisik. Hahaha, kok kesel.


Gitulah pengalaman hampir tiga bulan lalu. Buibu yang bentar lagi bersalin, tetap semangat. Yang ayah ayah, jangan lelah untuk support Buibunya, yaaa. Yang udah punya baby, sempat IMD atau pun tidak karena kondisi tertentu, semoga anak - anak kita tumbuh sehat, aamiin.

Ririn Anindya

......

15 komentar:

  1. cerita yang bagus kak, jadi awak bisa nanti jaga jaga yakan kalau awak udah punya istri dan istrinya mau melahirkan,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh nyaris saja Bambhang, kakak kira juga buat persiapan engko lahiran :'

      Hapus
  2. Balasan
    1. aamiin..Makasi Bulek..Semoga bisa fight menyusui

      Hapus
  3. penasaran ama suaminya kakak, pasti SUPER DAD nih . . .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Doakan aja bang, semoga semakin "Family Man" dari waktu ke waktu

      Hapus
  4. pengalaman yang sangat berharga, jadi nambah ilmu ... makasih ya Rin

    BalasHapus
  5. Terimakasih sudah sharing ya, Rin.
    Walaupun belum pernah punya bayi, tapi aku pernah jadi bagian waktu proses lahiran anaknya kakakku dan pasca lahiran. So, memang banyak hal yang harus disiapin, tapi memang dukungan dari orang terdekat itu juga penting untuk menjaga kondisi ibu dan bayi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hooh kak, selain karena banyak hal yang berubah secara cepat pasca lahiran. Perlu dukunga untuk menjalaninya

      Hapus
  6. Mungkin mamakku butuh artikel kek gini dulu pas aku masih bayi,,, soalnya kata nenekku aku rewel kali dulu,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, tunjukkanlah, maba tau diimunisasi ulang :D

      Hapus
  7. ku terharuw membacanya :'D

    BalasHapus
  8. Well, yang aku tangkap di sini sih kaum ayahnya harus full support apapun. Selalu jadi backup sekaligus sanggup untuk menopang beban bersama.

    Btw aku nungguin tetap sih tulisan seorang ayah gimana sih pengalamannya jadi ayah~

    BalasHapus