Indonesia
tanah airku
Tanah
tumpah darahku
Di
sanalah aku berdiri
Jadi
pandu ibuku
Merinding dan nyaris menangis haru.
Begitu perasaan saya tiap kali lagu negara ini bergema. Kali ini, di hari ketujuh bulan Desember
2018, bait – bait dari WR Soepratman dilantunkan ratusan bibir peserta Flash Blogging “4 Tahun Indonesia
Kreatif”, di Hotel Grand Aston
Medan. Indonesia, ya ini tanah airku,
tumpah darahku. Tanah air kita, tumpah darah kita. Lalu, peran apa yang telah
atau akan kita pilih, untuk negeri yang di atasnya kita hidup, bernafas, bahkan
jatuh cinta?
4 Tahun Indonesia Kreatif |
Selepas menyanyikan lagu Indonesia Raya. Ibu Farida Dewi Maharani yang merupakan Plt. Kasubbid Media Cetak Kemominfo membuka kegiatan ini secara resmi. Saya setuju dengan pernyataan beliau,
“Kenapa memilih tema Indonesia
Kreatif? Karena memang Indonesia harus kreatif.
Kita tak lagi menjalani persaingan lokal, namun sudah global, bahkan
bersaing dengan teknologi. Jadi kalau tidak kreatif, kita akan kalah.”
Sambutan Ibu Farida Dewi Maharani |
Mengutip dari laman ekonomi.kompas.com
yang merupakan hasil survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia) bahwa pada 2017, pengguna
internet Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa.
Bukankah ini sebuah potensi besar?
Potensi besar untuk berkontribusi bagi pembangunan negeri atau justru sebaliknya, untuk memecah belah.
Balik lagi, karena teknologi internet ini memang seperti pisau, adalah alat,
bisa menguntungkan atau sebaliknya tergantung di tangan siapa. Tapi, mbok ya kalau waras, kalau bisa untung
kenapa memilih buntung?
Tiga
Potensi Indonesia
Selepas pembukaan oleh Ibu Farida,
masuklah ke sesi Bapak Handoko Darta
yang merupakan Tim Komunikasi Presiden Joko Widodo. Dengan setelan santai,
kemeja putih dan celana jins coklat, Pak Handoko membuka acara dengan sungguh
tak terduga. Meminta peserta menyumbangkan suara bernyanyi lagu “Bungong
Jeumpa” dan Yamko Rambe Yamko”. Lagu daerah dari tanah paling barat dan timur
Indonesia. Sebenarnya saya ingin unjuk gigi, tapi takut malah zalim ke peserta
karena vokal yang 'Aduh – hai'.
Sesi Pak Handoko Darta |
“Indonesia merupakan negara middle income trap...” Pak Handoko
berujar. Seperti sebuah jebakan Badman, dari dulu kita berada berkembang dan
tak kunjung move on. Kita adalah
pengekspor minyak, kenaikan minyak dunia
membuat kita ‘lebih kaya’, tapi itu dahulu. Kita punya hutan yang luar
biasa, bahkan “Paru-paru dunia” adalah label negeri ini. Kaya dari kayu.
Tetapi, itu dahulu. Pondasi kekuatan di bidang ini tak cukup kuat. Sekarang
cadangan minyak semakin sedikit sedang permintaan semakin banyak, hingga
tenggelamlah kejayaan masa lalu. Pun hutan semakin menipis.
Kini,
ada tiga potensi Indonesia yang akan diperkuat yakni ekonomi kreatif,
pariwisata, dan teknologi. Ketiga potensi ini diharapkan dapat menjadi jalan
keluar dari jebakan Badman.
Ngomong-ngomomng soal jebakan badman, frasa ini sudah karib di telinga saya
sedari dulu meski saya tak pernah tahu, Badman pernah bersiasat jebakan apa.
Yang
Mana Peran Kita?
“Anak muda maju, Indonesia maju.”
Tips dari Bapak Handoko Darta |
1.
Kreator
Seorang kreator adalah ia yang klop
dengan peran yang meng-create, menemukan,
merancang, memulai sesuatu yang baru. Bisa dibidang start-up, seni, maupun
seorang entertainer.
Jika saja seorang Ahmad Zaky,
menggunakan internet untuk nyinyir ataupun sekadar stalking mantan (misalnya),
tentulah tak ada Bukalapak dengan kelas unicore.
Unicore yaitu sebuah start up dengan nilai perusahaan di atas 1 juta dolar. Bukan
hanya karena ada ide dan keberanian mengeksekusi, ia pun berangkat dari
kepedulian untuk memajukan usaha ekonomi kecil menengah. Pun karena hargai
domain Bukalapak yang hanya 80 ribu rupiah pada tahun 2010.
Di Asia ada tujuh startup unicore, dan
empat dari Indonesia yakni Traveloka, Gojek, Bukalapak, dan Tokopedia. Aplaus,
tentu ini sebuah prestasi.
2.
Peduli
Sudah lumrah, bahwa seorang peduli
adalah orang-rang yang berinisiatif meringankan kesulitan orang lain, karena
susah hatinya melihat beban derita orang lain. Contohnya adalah para relawan
yang kini tersebar di banyak bidang, baik di bidang pendidikan, kesehatan, atau
lingkungan.
3.
Orang biasa, pekerja, atau pun fans
Apakah ini peran yang paling biasa dan
sederhana, atau level di bawah lainnya? Tentu tidak. Sebab Indonesia pun
membutuhkan orang biasa, fans, dan pekerja denga dedikasi yang tak biasa.
4.
Pahlawan
Pahlawan. Berjuang mengharumkan nama
bangsa ataupun menoreh jasa bagi kehidupan orang lain. Misalnya para atlit dan
tim SAR.
5.Cendekiawan
Ia yang tergolong cendekiawan adalah
ia yang selalu dahaga atas ilmu pengetahuan.
6.Penjelajah
Adalah tipe yang hatinya terikat
dengan alam, tempat-tempat baru, budaya-budaya yang mungkin belum pernah ia
lihat sebelumnya. Ia senang untuk mengeksplorasi tiap daerah, menemukan hal –
hal baru.
Acara tak berhenti dengan selesainya
sesi Bapak Handoko Darta. Dilanjutkan dengan flash blogging dalam rangka
menyebarkan hal – hal positif yang didapat pada pertemuan ini. Agar teman –
teman yang tak hadir pun harapannya dapat terinspirasi. Setelah itu, break makan
siang dan sholat, dan dilanjutkan dengan sesi Bapak Sukardi Rinakit, yang
kata-katanya sempat dikutip oleh Bapak Handoko,
“Jangan
pernah lelah mencintai Indonesia.”
Wah sangat disayangkan blum kepilih ikut acara dari kominfo, pengen jadi kreator dengan karya yang bermanfaat bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain.
BalasHapusSuka quote terakhir 👍 informatif as always Mak
BalasHapus