Nafas Empat Pilar dalam Bermedia Sosial


Ketika pisau di tangan saya, ibu was - was. Tak jarang, sigap ia menjauhkan dari genggaman putri kecilnya. Itu dulu. Sekarang? Tanpa dipantau atau diminta, nyaris sehari - hari berinteraksi dengan benda tajam itu. Mulai dari ketika mengupas bawang, mengiris tomat, atau memutus tali karung beras. Pisau, alat yang dapat berguna atau berbahaya tak ubahnya seperti media sosial. Lewat media sosial, kita dapat menghimpun manfaat atau justru sebaliknya, mendulang mudharat.

Temu ramah MPR RI dan warganet Medan. 
Difoto oleh Pertiwi Soraya

Kini, lewat media sosial, arus informasi semakin deras, memberi kabar semakin cepat, seolah tak berjarak. Banyak konten positif bertabur dan mudah diakses seperti info komunitas kreatif, hal - hal ilmiah, cara mengerjakan sesuatu, vidoe motivasi atau reliji, dan banyak lagi.

Namun,tak kalah dengan konten positif, konten negatif pun lalu-lalang. Mulai dari adu domba, perundungan, berita hoaks, video prank yang kerap tak sopan dan bisa berbahaya, seolah bangga ketika viral dan diikuti, atau video curhat dedek - dedek SD yang diselingkuhi dengan berurai air mata. Allahuakbar, umur segitu dulu kakak menangis gara - gara enggak dapat jepitan rambut kupu - kupu yang sayapnya bisa bergoyang - goyang, Dedeeek!

Gelar wicara yang sungguh tidak membosankan. Seru.

Ternyata, media sosial bukan sekadar alat, tapi ketika berpadu dengan para warganet, ia menjelma kekuatan bangsa atau pun kelemahan. Hal ini lah yang menjadi perbincangan pada "Netizens Medan Ngobrol bareng MPR RI", 20 April 2018, di Ballroom Diamond, Grand Swissbell Hotel, Medan yang dihadiri sekitar 50 peserta. Yang kala itu pendukung kegiatan ini adalah BlogM - Blogger Medan. Selain teman - teman blogger, hadir pula teman - teman Forum Lingkar Pena, Medan Heritage, dan beragam komunitas lainnya atau undangan personal.


"Bagaimana pun, setiap diri harus memiliki filter dalam menyerap atau membagikan informasi." Pesan Kepala Biro Humas MPR, Bu Siti Fauziah. 

Kepala bagian pengolahan data dan sistem informasi Setjen MPR, Pak Andrianto, yang juga hadir sebagai narasumber kala itu, mengajak peserta untuk mencintai negeri ini, dengan mempelajari cita - cita para pendiri bangsa terhadap bangsa ini. Di antaranya lewat empat pilar: pancasila sebagai ideologi, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.

Bersama Pak Andrianto yang sepertinya rajin olahraga. Yakin.
Difoto oleh Pertiwi Soraya
Empat pilar ini bukanlah sebatas perkara teks saja yang harus dihapal, melainkan nilai - nilai yang tercermin dalam tingkah laku sehari - hari. Jika ia telah tertanam pada sesorang, tentulah ia akan menghindari melakukan perundungan atau pun adu domba. Karena hal - hal itu tak sesuai dengan nilai - nilai bangsa.

Empat pilar bukan hanya disosialisasikan lewat kegiatan gelar wicara seperti ini. MPR juga telah melakukan lewat pertunjukan seni atau pendekatan lainnya. Kita pun dapat mengambil peran. Caranya? Salah satunya melalui media sosial. 











Ririn Anindya

......

3 komentar:

  1. Seumuran Dedek-dedek itu, aku nangis karena jejeran sepeda di parkiran sekolahku ambruk pas pulang sekolah dan sepedaku posisinya di tengah-tengah kubangan keambrukan itu.

    BalasHapus