My Prince Charming Is: Persiapan Pra-Nikah #1

Seorang teman kesayangan bertanya, “Who is your prince charming?”
Kujawab, “My prince charming is my hubby, whoever he is, insyaAllah.” Sesungguhnya aku tidak tahu siapa dia, aku bersugesti sebelum semua terjadi. Kalau kata-kata adalah doa, maka sugesti juga termasuk kan, ya? ^^

Waktu SD aku terpikat dengan cerita cinta Usagi dengan Mamoru Ichiba, sedang saat SMP dengan cerita cinta antara Candy-Candy dan Antony Brown Audrey. Sampai akhirnya, membaca kisah Fatimah radiyallahuanha dengan Ali radiyallahuanhu.

Pada satu kesempatan Fatimah berkata, “Sebenarnya, sebelum menikah denganmu ada seorang pemuda yang kusukai.”
Ali cemburu, “Lalu kenapa kamu menikah denganku?”
“Karena pemuda itu adalah kamu.”

Jadi sempat mikir (mikir apa ngayal?) entar bisa enggak ya, ‘gangguin’ suami dengan cara begini? Sekali pun, sekiranya tak pernah memendam cinta sebagaimana Fatimah terhadap Ali.

Belum lagi kisah Nabi Yusuf dan Zulaikha. Ketika Zulaikha mengejar-ngejar Yusuf dengan cara yang jelas Allah tidak akan ridho, Allah menjauhkan Yusuf dari Zulaikha. Namun ketika Zulaikha bertaubat, meski tak lagi muda, Allah satukan Yusuf dengan Zulaikha. Subhanallah, Allah tak pernah kehabisan cara menyatukan hamba-hambaNya.

Apakah semua orang akan benar-benar bersama dengan orang yang dia sukai? Dunno, tapi itu tidak terjadi antara Laila dan Qais. Dan di sekitarku, itu tidak selalu terjadi. Ada yang sudah sangat dekat dan sepertinya tidak mungkin terpisah, tapi akhirnya tidak bersama juga.

Seseorang akan bersama orang yang ia cintai.”

Saat itu, membaca penggalan hadis riwayat Bukhari dan Muslim tersebut ketika ayah baru meninggal dunia. *Harap cari dan baca hadis seutuhnya, ya. Lalu berkesimpulan, aku akan bersama ayah kembali, karena mencintai ayah. Ternyata itu bukan kesimpulan akhir, karena sebaik-baik kebersamaan adalah bersama Allah dan RasulNya, bersama orang-orang yang mencintai keduanya. Jika itu terjadi, kita pun akan berada di sebaik-baik tempat (lalu ayah bakal ngikut ^^). Kemudian bertambahlah semangat kita mempelajari dan mejalani cinta seperti itu.

*Kutarik nafas dengan rasa malu karena ngarep ke sebaik-baik pertemuan dan tempat dengan modal yang belum sebaik-baiknya.

Ya intinya, tidak saklek tentang, “Kamu suka dia (laki-laki atau perempuan itu), kamu pasti nikah sama dia.”

Yaa ayyuhal jomblo *sambil ngaca. Kita tidak akan pernah tahu mana lebih dulu datang: Jodoh atau maut. Karena tidak tahu, maka pilihan terbaik adalah mempersiapkan keduanya. Dan persiapan pada keduanya adalah ibadah, yang dapat mengantarkan kita pada Maha Cinta. *_*

Terus terang, kesadaran itu pun kudapat baru-baru saja, semoga enggak hilang (lagi). Terutama persiapan pra-nikah. Pernah satu ketika, ikut dauroh pra-nikah karena 'didorong-dorong'. Tadinya kupikir acara itu akan membuatku menggebu-gebu menikah keesokan harinya. Masih terlalu asyik sendiri. Tapi ternyata, di sana ada wawasan yang diberikan: perkara niat, hukum, cara, dan pengalaman para pembicaranya. Sayangnya, pemahaman dari dauroh tersebut tidak kujaga – apa-apa yang tidak dijaga akan rusak. Jadinya lupa. Terus masuk kaum jomblo yang terlena dengan kejombloannya.

Jadi teringat ada cerita (fakta), ada yang ditawari ta’aruf, yang ditawari tidak siap. Di saat itu dia baru beli buku tentang nikah, dan itu hanya dua buku. Finally, ta'aruf tidak berlanjut. Patah hati sih enggak, cuma jadi sadar ternyata ada kesempatan yang terlewat karena ketidaksiapan.

Berbeda dengan seorang teman yang jauh-jauh hari sudah bersiap. Nih contohnya, dia sampai punya buku sebanyak ini, ambil gambar ini dari FB-nya, sebut saja namanya Puput. Dia melakukan persiapan sejak umurnya 15  tahun.


Bang Roby (penulis buku “Married because of Allah” dia bahkan melakukan persiapan sejak SMA, lalu menikah di umur 22). 


Jangan tanya aku, aku golongan orang insaf baru-baru aja. Setelah direnung-renungkan, nikah itu ibadah, dan menjalankan ibadah itu perlu ilmu. Seperti ibadah haji, perlu ilmu dan persiapan. Terus kenapa nikah enggak dipersiapkan, ya? Terlepas kapan dan dengan siapa menikahnya. Sebagaimana iman, pemahaman ini pun bisa fluktuatif, berharap bisa menjaganya. 

Bersambung

Ririn Anindya

......

6 komentar:

  1. Kayaknya gue kenal deh siapa yg mengajukan pertanyaan soal 'prince charming' hehe :P

    btw, gue juga belum insaf nih. masih jahiliyah :(

    BalasHapus
  2. Sayaaang Ririn, 😘😘😘
    Segeralah datang Prince Charming Ririn, jangan nyasar nyasar 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebagai seorang kakak yg kuangkat pasca nikah, agak-agak ngerti juga ya tugasmu apa. Ahaha :p

      Hapus
  3. "Karena tidak tahu siapa yang akan datang terlebih dahulu jodoh atau maut, maka pilihan terbaik adalah mempersiapkan keduanya" kereeeen hahaha aku izin kutip ya Rin.
    Tenang aja, cuma laki-laki pemberani dan berjiwa besar yang bisa menikah, nah tunggu saja dia #akungomongapa

    BalasHapus
    Balasan
    1. "cuma laki-laki pemberani dan berjiwa besar yang bisa menikah", eh, dirimu lagi memuji diri sendiri? Ahaha. But, give aplaus dan doa utk dirimu & keluarga, karena memang harus cukup berani utk ambil langkah itu kan ya.

      Hapus