Ngobroli Ruqyah

Ruqyah dibedakan menjadi dua: syar’i atau sirik. Sebelumnya perlu terangkan kalau aku bukan ahli ruqyah, bukan orang yang pernah di-ruqyah yang sampai harus mendatangi orang tertentu, dan juga bukan orang yang menyebabkan orang lain harus di-ruqyah.

Dalam Islam memang menyatakan ada hal-hal gaib seperti malaikat, jin, surga, neraka, dll. Dan sebagai seorang Muslim wajib percaya hal-hal gaib memang ada. Tapi perlu diluruskan menjadi orang percaya hal gaib itu ada tidak sama dengan menjadi orang yang klenik. Dalam Al-Quran bahkan Allah berfirman  akan menaikkan derajat orang-orang yang berilmu (silakan dibuka QS. Al-Mujadilah:11), dengan kata lain: Islam menghargai orang yang menggunakan akal pikirannya.

Panjang lebar buat mukadimah, niatnya cuma mau cerita obrolan dengan adik sepanjang perjalanan pulang dari KNIA tadi.

Jadi, adikku pernah temani orang yang mau ruqyah, tepatnya waktu itu dimintai tolong untuk antar.

“Gila enggak tuh, masa’ dia ruqyah orang tapi sholatnya lewat? Tapi ada pula pasiennya .” Keluh adikku.

“Eh? Udah sholat kali, cumannya kalian gak lihat, mungkin.”

“Mana ada, kan aku gantian merhatiin sama kawanku.”

Ada begini, mulai ruqyah baca basmallah, ayat-ayat Quran, tapi kelar itu ngasih syarat yang entah apa-apa misalnya ikan arsik buang ekornya, letakkan di depan pintu rumah. Apa coba maksudnya? Sedekah ke kucing? Pasti enggak ada hadis yang menjabarkan syarat ruqyah seperti itu. Jelas dalam logika paling sederhana, minimal sadar kalau di Arsik itu masakan khas Batak lalu makanannya dibiarkan mubazir? Mubazir temannya siapa? Jawabannya di (QS. Al-Israa:26). Lucu atau ironi, ada juga yang manut.

Kala itu, malam sebelum ngantar ke tempat ruqyah, adikku baru main futsal, terus seharian dia banyak urusan, udah nyetir kemana-mana. Malamnya dia ngantar orang yang mau ruqyah. Kakinya sempat keram,

“Ini pasti udah ‘dikenakkan’ juga, nanti di tempat ruqyah minta ‘dibersihkan’ kakinya.” Saran seorang yang juga menemani malam itu. Terdengar pintar, tapi sebagaimana yang diketahui kadang seperti apa yang didengar bertolak belakang dari kenyataan.

Sebelumnya adikku enggak pernah ke sana. Lalu, dia diarahkan kalau nanti ada minimarket, mereka belok. Nah, adikku keterusan pasalnya minimarket yang dijadikan sebagai penanda belok enggak kelihatan, udah tutup, plang lampu (apalah namanya) mati. Langsung dikomentari,

“Ini matanya udah dibuat ‘tertutup’, biar kita gagal untuk ruqyah.”

Kalau kita enggak paham tentang suatu hal – apalagi kalau udah menyangkut aqidah, sebelum mengikutinya cari tahu ke tempat orang yang lebih paham (namun sayangnya ketidakpahaman dtambah dengan ketidakhati-hatian membuat seseorang membenarkan pemahaman yang keliru) jadi paling tidak, cari tahu ke beberapa orang yang kafaah dan membaca beberapa refrensi.

Islam itu menghargai akhlak dan akal pikiran, sebaiknya jangan terlalu merasa rendah diri sehingga takut bertanya kalau ruqyah ujung-ujungnya pakai syarat yang rada nyeleneh, atau pas lagi ruqyah sentuhan langsung dengan non - mahram. Dalilnya ada? Shohih? Namun, enggak bakal ngaruh juga  shohih, dhaif (lemah), atau maudhu' (palsu), kalau enggak pernah dan mau belajar lslam – apalagi belajar mengamalkan. BELAJAR.

Kita punya Allah Yang Maha Kuasa, yang bisa kita mohonkan perlindungan, kalau Allah berkehendak, yang lain bisa apa?  Ingin cari ridho Allah dari jalan yang Allah tidak ridho, apa bisa? Allahu a'lam bissawab.



#NulisRandom2015 #2

Ririn Anindya

......

2 komentar:

  1. Lucunya di Indonesia adat istiadat mengalahkan agama, udah itu aja komentar saya akan hal ini. Karena saya bukan ahli agama ataupun manusia sekedar ada. Aku hanya ingin berusaha menjadi insan, insyaAllah ikhsan. Aamiin :)
    Iqra' yang terpenting, bacalah semesta.

    BalasHapus
  2. Lucunya di Indonesia adat istiadat mengalahkan agama, udah itu aja komentar saya akan hal ini. Karena saya bukan ahli agama ataupun manusia sekedar ada. Aku hanya ingin berusaha menjadi insan, insyaAllah ikhsan. Aamiin :)
    Iqra' yang terpenting, bacalah semesta.

    BalasHapus